TEMPO.CO, Jakarta - Kabar baik buat pengguna ojek online atau ojol. Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, menilai pengguna transportasi ojek daring lebih aman dibandingkan transportasi yang tertutup.
“Menurut logika saja, saya juga naik ojol. Jadi, ojol kan terbuka, risiko tempat terbuka dibanding ruang tertutup,” tuturnya.
Menurutnya, penyedia dan pengguna layanan transportasi on demand pun tentunya menerapkan protokol keselamatan yang ketat saat beroperasi di tengah pandemi Covid-19.
“Selama tidak ada interaksi, risiko lebih rendah dan sebagian besar cashless dan kita memenuhi protokol dia dan kita pakai masker. Banyak keuntungan dengan menggunakan ojol itu logika saat ini karena belum ada studi untuk saat ini,” terangnya.
Dia mengungkapkan alasan belum ada studi yang menjelaskan keamanan penggunaan ojol untuk bertransportasi karena sulitnya mendapatkan sampel yang cukup.
“Karena studi tidak mudah, dan tidak mudah mendapatkan sampel yang cukup,” lanjutnya
Lebih lanjut, dia mengatakan pengguna transportasi umum harus menggunakan alat perlindungan diri (APD) berupa masker dan penutup wajah, sekaligus menerapkan kebiasaan hidup yang sehat saat naik angkutan umum, seperti cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, serta tidak berbicara saat di mobil atau motor.