Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

IDAI : Ada 3 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Bila Ingin Buka Sekolah saat Pandemi

image-gnews
Ilustrasi orang tua antar anaknya ke sekolah. pbs.org
Ilustrasi orang tua antar anaknya ke sekolah. pbs.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 belum menemukan titik terang. Hal tersebutlah yang membuat berbagai kebijakan terkait era new normal harus dijalankan. Salah satu yang masih pro dan kontra di masyarakat adalah tentang membuka sekolah.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, mengatakan sekolah yang berada di zona hijau dan kuning boleh beroperasi seperti biasa. Tujuannya, agar anak kembali bersekolah tatap muka supaya efektivitas belajar bisa dirasakan lagi.

Namun sepertinya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) lebih menyarankan untuk tetap menutup sekolah. Ketua IDAI Aman Bhakti Pulungan mengatakan total anak di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan PAUD mencapai 60 juta orang.

“Ditambah lagi dengan pesantren 19 juta, itu menjadi total 79 juta anak masuk sekolah. Ini bisa menjadi klaster baru. World economic forum yang ahli ekonom, bukan tenaga kesehatan pun menganjurkan untuk menunda pembukaan sekolah karena bisa menyelamatkan nyawa,” katanya dalam webinar Analisis Komunikasi Publik Terkait Kebijakan Penanganan Covid-19 pada 19 September 2020.

Adapun sebelum benar-benar memperbolehkan sekolah dibuka, Aman pun memberikan setidaknya tiga hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, terkait epidemiologi. Ia meminta agar status wabah sudah terkendala lebih dahulu

“Dari epidemiologi, apakah wabah sudah terkendali? Jelas belum. Sekarang saja masih PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Pertanyaan pertama ini sudah menjadi alasan konkrit sebenarnya untuk tidak membuka sekolah,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, Aman juga menggarisbawahi keterkaitan sistem kesehatan. Ia menerangkan bahwa hingga kini, sistem kesehatan belum mampu menangani kasus pasien Covid-19 yang kian meningkat jumlahnya. Terlebih dengan risiko klaster baru di lingkungan sekolah, tentu membuat semakin memberatkan sistem kesehatan untuk bekerja.

“Sekarang kita lihat ke sistem kesehatan. Apakah sistem kesehatan akan mampu menangani peningkatan kasus covid-19 yang mungkin terjadi jika dilakukan pelonggaran protokol kesehatan? Tidak, jujur saja. Yang ada nanti akan semakin bermasalah jika ditambah beban dari klaster baru,” katanya.

Terakhir tentang pemantauan kesehatan masyarakat. Aman mengatakan, hingga kini pemantauan kesehatan belum mampu mendeteksi dan menangani setiap kasus yang muncul. Pemerintah pun belum bisa menelusuri kontak, dan mengidentifikasi peningkatan kasus

“Jujur lagi, pemantauan kesehatan masyarakat juga belum bekerja optimal. Untuk itu, sekarang yang terpenting adalah membenahi dahulu semua kebutuhan terkait kesehatan. Setelah seluruhnya aman, barulah kita mengatasi masalah baru terkait pendidikan ke sekolah. Intinya selama satu kasus belum selesai, jangan buka kasus baru,” katanya.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

4 jam lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB


Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

10 jam lalu

Wapres terpilih yang juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menghadiri acara pembagian sepatu gratis untuk anak-anak sekolah tak mampu di SMKN 8 Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

18 jam lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

3 hari lalu

Ilustrasi belanja. Shutterstock
Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.


Kedutaan Besar Jepang Buka Beasiswa untuk Lulusan SMA dan SMK

4 hari lalu

Universitas Tsukuba, Jepang. Foto: www.tsukuba.ac.jp
Kedutaan Besar Jepang Buka Beasiswa untuk Lulusan SMA dan SMK

Beasiswa yang ditawarkan Kedutaan Besar Jepang ini bagian dalam Program Beasiswa Pemerintah Jepang Monbukagakusho.


4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

8 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

Soal kasus Kumba Digdowiseiso, begini poin seruan KIKA atas kasus pelanggaran akademik.


Kembalikan Tas Berisi Rp 100 Juta kepada Pemudik, Aiptu Supriyanto Dapat Penghargaan Sekolah Perwira

9 hari lalu

Anggota Polres Lampung Tengah Aiptu Supriyanto lakukan aksi terpuji dengan mengembalikan uang senilai Rp 100 juta milik pemudik yang tertinggal di rest area. Foto: Humas Polri
Kembalikan Tas Berisi Rp 100 Juta kepada Pemudik, Aiptu Supriyanto Dapat Penghargaan Sekolah Perwira

Kapolda Lampung Irjen Helmy Santika memberikan penghargaan berupa kesempatan sekolah perwira kepada anggota Polres Lampung Tengah Aiptu Supriyanto.


Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

10 hari lalu

Siswa Sekolah Dasar Islam Excellent Plus Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mengenakan pakaian adat untuk seragam sekolah. Foto: SF Islam Excellent Plus/Istimewa
Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

Salah satu daerah yang menerapkan kebijakan Permendikbud Ristek soal pakaian adat sebagai seragam sekolah pada waktu tertentu adalah Bukittinggi.


Setelah Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kebijakan Kemendikbud Soal Seragam Sekolah Disorot Publik

10 hari lalu

Pedagang seragam sekolah menunggu calon pembeli di Pasar Jatinegara, Jakarta, Minggu, 5 Juli 2020.  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Setelah Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kebijakan Kemendikbud Soal Seragam Sekolah Disorot Publik

Dua kebijakan Kemendikbud dapat sorotan publik, soal Pramuka tak lagi jadi ekskul wajib dan seragam sekolah.


Tanggapan Kemendikbudristek Soal Heboh Perubahan Seragam Sekolah, Bagaimana Aturannya?

11 hari lalu

Warga membeli seragam sekolah di Pasar Jatinegara, Jakarta, Ahad, 29 Agustus 2021. Permintaan seragam sekolah meningkat menjelang pelaksanaan sekolah tatap muka di Jakarta yang akan dimulai Senin esok, 30 Agustus 2021. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Tanggapan Kemendikbudristek Soal Heboh Perubahan Seragam Sekolah, Bagaimana Aturannya?

Seragam sekolah sempat diisukan alami perubahan, begini respons Kemendikbudristek. Begini bunyi Permendikbudristek soal Seragam Sekolah.