TEMPO.CO, Jakarta - Hoaks dan pengaruh buruk membuat masyarakat takut disuntik vaksin Covid-19. Peneliti bioteknologi Bimo Ario Tejo mengatakan orang tidak akan meninggal karena divaksin COVID-19 sehingga seharusnya tak khawatir dengan vaksinasi.
"Tidak pernah ada orang meninggal karena divaksin, hari ini divaksin besok meninggal. Bukan karena kita makan sate besok mati kemudian disebut sate menjadi penyebab kematian," kata Bimo dalam jumpa pers daring Satgas Penanganan COVID-19 yang dipantau dari Jakarta, Kamis, 4 Februari 2021.
Profesor madya dari Universiti Putra Malaysia itu mengatakan ada narasi-narasi yang menggiring vaksin berbahaya bagi kehidupan. Padahal, sejak tahun 1804 Indonesia yang saat itu dijajah Belanda sudah mengenal vaksin cacar. Vaksin tersebut terbukti mampu menekan penularan penyakit cacar yang mematikan. Wabah cacar di berbagai tempat di dunia juga berangsur lenyap dengan vaksinasi.
"Lebih dari seribu hoaks yang beredar, di antaranya soal vaksin. Masyarakat kemudian seperti kehilangan ingatan kolektif soal manfaat vaksin," ujarnya.
Ia mencontohkan terkait hoaks soal vaksin itu di antaranya dapat memicu depopulasi atau mengurangi jumlah penduduk. Padahal secara data logaritmik jumlah penduduk terus berkembang hingga saat ini meski dalam beberapa generasi sudah divaksinasi.
Hoaks lain melalui vaksinasi Covid-19 akan diselundupkan mikrochip yang menjadi pelacak terhadap orang yang divaksin. Sejatinya hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena cenderung tidak masuk akal.
"Sekarang saja kita mudah dilacak pakai ponsel masing-masing. Masyarakat seperti kehilangan perspektif. Selama hidup kita kenal vaksin, bahkan sejak lahir. Kenapa vaksinasi yang saat ini dipertanyakan," katanya.
"Vaksinasi ini menjadi bagian dari kita karena bisa mencegah suatu penyakit melalui vaksinasi. Ini mengembalikan ingatan kolektif. Pada tahun 1960-an Indonesia mampu menghilangkan penyakit cacar melalui vaksinasi dan seolah kini masyarakat lupa," tuturnya.