TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang sulit membedakan psikolog dan psikiater. Walaupun sama-sama mendalami ilmu kejiwaan dan perkembangan manusia, pada dasarnya keduanya berbeda. Seorang psikolog mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi. Setelahnya ambil program profesi langsung mempraktekkan kerja psikolog.
Berbeda dengan psikolog, psikiater justru menyelesaikan pendidikan kedokteran dan mengambil spesialisasi kejiwaan. Artinya psikiater adalah spesialisasi dari ilmu kedokteran. Setelah tamat jadi sarjana sarjana dokter umum, butuh waktu empat tahun menjalani residensi khusus bidang psikiatri. Jika lulus masa residensi, psikiater bergelar dokter dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa).
Keduanya mendalami konsentrasi praktek yang sama, seperti penanganan, pencegahan, diagnosa, dan terapi. Bedanya , psikiater boleh memberikan terapi berupa obat-obatan ataupun farmakoterapi. Sementara, psikolog lebih fokus mengarahkan ke aspek sosialnya, seperti psikoterapi.
Baca: Tak Perlu Malu Ceritakan Masalah Kesehatan Mental, Ini Saran Psikolog
Psikolog Ajeng Raviando, Psi, mengatakan lebih jelas tentang perbedaan antara psikolog dan psikiater dalam penanganannya. "Kami sebagai psikolog menyebut mereka yang butuh bantuan kita sebagai klien, sementara psikater menyebutnya pasien. Jadi kalau psikolog itu melakukan counselling maupun terapi kepada kliennya, sementara psikater ketika ada pasien yang datang dia akan memberikan analisa medisnya dan resep. Jadi mereka diberikan obat, sementara kita tidak. Jadi cara penanganannya berbeda," kata dia.
Di banyak negara, psikiater adalah pekerjaan legal dan klinis. Ia punya tanggung jawab atas keseluruhan perawatan kesehatan mental pasien. Sehinga psikiater bisa mendiagnosis gangguan mental seorang pasien dan memberikan pengobatan yang dibutuhkan pasien. Keahlian psikiater difokuskan pada ketidakseimbangan kimia dalam otak manusia.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION / SDA