TEMPO.CO, Jakarta - Asma termasuk penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus karena bisa berakibat fatal apabila tak segera ditangani ketika kambuh. Anggota UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr Bambang Supriyatno, menyatakan menghindari pencetus terjadinya serangan asma merupakan hal utama selain obat.
"Serangan asma terjadi karena ada pencetusnya. Obat asma itu hanya nomor sekian, nomor satunya adalah menghindari pencetusnya, yaitu asap, debu, dan makanan tertentu," ujar Bambang.
Ia menambahkan obat semprot atau isap diberikan untuk mencegah supaya asma tidak timbul dan obat asma tidak memiliki efek ketergantungan.
"Jadi, menghindari pencetus asma merupakan kunci utama," ucapnya.
Ia mengatakan asma bukan penyakit menular sehingga anak yang menderita asma tidak boleh dikucilkan. "Anak asma dapat berprestasi, tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetik orang tuanya asal bisa menghilangkan mitos yang ada," ucapnya.
Bambang mengatakan para orang tua wajib curiga jika anak mengalami batuk pada malam hari secara berulang. "Pada anak-anak juga ada alergi yang biasanya terlihat pada pipinya merah-merah atau dermatis atopi, hati-hati ini besarnya dia bisa potensi terkena asma," katanya.
Dalam kesempatan itu, Bambang mengatakan penyakit asma termasuk kategori penyakit penyerta atau komorbid yang patut diwaspadai apabila terpapar COVID-19. Namun, setiap individu yang mengidap asma yang terkontrol tidak akan terlalu berpengaruh buruk apabila terpapar COVID-19.
"Kalau asmanya terkontrol tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap COVID-19," katanya.
Baca juga: Hari Asma Sedunia, Ini yang Perlu Anda Tahu soal Penyakit Ini