TEMPO.CO, Jakarta - Covid-19 memang penyakit yang sebagiannya masih misterius. Orang yang sudah selesai menjalani isolasi mandiri masih ada kemungkinan positif mengandung virusnya. Meski, menurut kalangan medis, itu hanya bangkainya saja.
Belum lagi bila bicara asal-usul kemunculan virus ini. Gejala pasca Covid-19 pun masih menjadi kajian dan bahan riset ilmuwan dan kalangan kedokteran. Sejumlah gejala masih menyertai orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19. Secara istilah disebut long covid.
Sejumlah fakta baru, ihwal long covid. Disamping mempengaruhi secara fisik, terdapat gejala lain yang menyerang fungsi otak. Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Saraf RSUI dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K).
Ia mengungkapkan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa virus Covid-19 mampu menembus lapisan otak yang tebal. Kondisi inilah yang menjelaskan mengapa seseorang dapat mengalami masalah lupa, pikun, dan perilaku aneh pasca sembuh dari Covid-19.
Pukovisa membagikan pengalamannya saat berada di tempat kerja. Ia menemukan fakta bahwa rekan kerja sejawatnya, para tenaga kesehatan dan juga masyarakat yang ia tangani mengalami penurunan fungsi kognitif usai sembuh dari Covid-19.
Rekan kerjanya yang semula dapat mengerjakan tugas dibawah tekanan dan deadlinesaat sebelum Covid-19. Ketika sembuh dari Covid-19 kerap lupa bahwa ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Menurutnya, kondisi pikun, lupa, dan perilaku aneh tak selalu muncul secara bersamaan. Gejala tersebut juga tak bisa diprediksi berapa lama dapat terjadi pada diri seseorang. Hal itu bergantung kepada daya tahan tubuh mereka.
Di samping mengganggu bagian otak, Covid-19 juga dapat mengganggu pola tidur seseorang. Bahkan saat isolasi mandiri, pola tidur juga terganggu. Namun perilaku dan pola hidup yang lebih baik akan sangat membantu mengatasinya.
Ia mengimbau masyarakat untuk berkonsultasi dengan dokter neurologi atau saraf jika ingin bertanya terkait masalah lupa, pikun, atau perilaku aneh pasca sembuh dari Covid-19. Ia meminta masyarakat tidak meremehkan bila merasakan gejala penurunan kognitif pasca Covid-19
“Intinya kalo ada masalah itu, baik pasca Covid-19 atau lainnya, jangan sampai dicuekin,” katanya, sebagaimana dkutip Tempo dari laman ui.ac.id.
Penurunan gejala kognitif yang berpusat di otak patut diwaspadai. Sebab, otak merupakan sumber sarana berpikir melalui perannya sebagai pusat kendali tubuh dan penyusun sistem saraf pusat.
Pukovisa menyayangkan sikap masyarakat yang mewajarkan masalah lupa, pikun, dan perilaku aneh tersebut sebagai hal yang biasa. Sebab, bila ada masalah pada bagian otak, selanjutnya dapat menjalar ke bagian tubuh yang lain bila dibiarkan saja.
“Bila otak kita ada masalah, maka akan sulit untuk melihat bagian tubuh lain dengan normal dan baik, karena otak adalah pusat kendali tubuh,” urai Pukovisa.
ANNISA FEBIOLA
Baca juga: Dua Sebab Mengapa Orang yang Sudah Divaksin Masih Bisa Terkena Covid-19