TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI mengimbau konsumen tetap tenang karena keamanan, mutu, dan gizi produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang beredar di Indonesia telah diatur dalam SNI AMDK (wajib SNI) dan Peraturan Kepala BPOM. AMDK yang telah mengantongi izin dari Badan POM dan LPPOM MUI terkait kualitas dan kehalalan produk aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Standar yang ditetapkan BPOM, sejalan dengan standar internasional yang ditetapkan dalam Codex. BPOM RI juga menyatakan akan terus melakukan pengawasan prapemasaran dan pascapemasaran terhadap keamanan, mutu dan gizi produk pangan sesuai dengan standar yang berlaku. Berikut tips aman mengonsumsi air minum dalam kemasan.
Perhatikan informasi sumber mata air yang diambil
Ada beragam jenis air minum kemasan, mulai dari gelas, botol, hingga galon. Namun, yang paling banyak dikonsumsi adalah air mineral botol. Air mineral berkualitas baik berasal dari sumber air bawah tanah atau mata air pegunungan yang mengandung mineral alami. Seperti namanya, air mineral mengandung beragam mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, seperti kalsium, kalium, natrium, fluorida, dan magnesium.
Selain sumber air, proses pengolahan dalam produksi air mineral juga perlu diperhatikan. Idealnya, air mineral kemasan sudah diolah dengan teknologi canggih sehingga kandungan mineral tetap terjaga dan tidak terkontaminasi oleh kuman maupun bahan kimia berbahaya.
Cek standarisasi dalam proses produksi hingga distribusi
Pastikan produk air minum kemasan adalah produk air minum yang telah mendapat izin edar dari BPOM dan Halal oleh LPPOM MUI.
Perhatikan kondisi kemasan
Pastikan AMDK yang hendak dikonsumsi dalam kondisi baik, tidak bocor, masih tersegel dengan rapat dan terlindungi dari paparan sinar matahari langsung. Kemasan yang rusak bisa menandakan produk tersebut sering terpapar suhu panas dalam jangka waktu lama atau bahkan terpapar zat kimia berbahaya sehingga kualitas air dan keamanannya tidak lagi terjamin.
Pilihlah produk dengan kemasan yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. Umumnya, botol air minum kemasan terbuat dari bahan plastik sekali pakai. Artinya, botol kemasan tidak boleh digunakan kembali meski kondisinya masih baik.
Perhatikan warna, rasa, dan bau air
Air yang aman dikonsumsi adalah yang tidak berwarna atau terlihat jernih, tidak berbau, tidak memiliki rasa. Hindari mengonsumsi air minum yang tampak keruh atau berbau tidak sedap karena kemungkinan besar air tersebut sudah terkontaminasi kuman atau bahan kimia berbahaya yang bisa menimbulkan penyakit.
Cek masa kadaluwarsa
Tidak seperti air minum yang dimasak, air mineral kemasan memiliki masa kedaluwarsa. Sebelum membeli, cek terlebih dulu tanggal kadaluwarsa yang tertera pada kemasan. Air yang sudah terlalu lama dalam kemasan mungkin saja sudah menurun kualitasnya dan tidak layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, hindari membeli air minum kemasan yang sudah mendekati atau melewati tanggal kedaluwarsa.
Terkait mikroplastik, hal tersebut merupakan isu yang sedang diamati perkembangannya. Mikroplastik adalah plastik berukuran kurang dari 5 milimeter dan menjadi polutan paling mudah ditemukan di mana pun hingga dalam bentuk debu. Hasil studi yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 menyatakan ambang batas aman kandungan penyerapan mikroplastik >150μm (mikrometer) cenderung akan diekskresikan oleh tubuh melalui feses.
Studi menjelaskan potensi bahaya terkait mikroplastik terbagi menjadi tiga bentuk, yakni partikel fisik, bahan kimia, dan patogen mikroba, sebagai bagian dari biofilm. Berdasarkan kajian terbatas yang tersedia, bahan kimia dan biofilm yang terkait dengan mikroplastik dalam air minum menyumbang dampak yang rendah terhadap kesehatan manusia.
Meskipun tidak cukup informasi untuk menarik kesimpulan tegas tentang toksisitas yang terkait dengan bahaya fisik partikel plastik, terutama untuk nano ukuran partikel, sampai saat ini belum ada informasi kredibel yang menunjukkan mikroplastik adalah masalah.
Kajian terbatas juga menunjukkan sumber utama polusi mikroplastik di sumber air tawar adalah limpasan terestrial dan air limbah tembusan. Namun, jika proses pembersihan air limbah dioptimalkan dapat secara efektif menghilangkan sebagian besar mikroplastik. Patogen mikroba dan bahan kimia lain yang justru akan menjadi masalah kesehatan manusia yang lebih besar daripada mikroplastik.
Baca juga: Peneliti Sebut Mikroplastik Hanya Ditemukan di Galon Sekali Pakai PET