TEMPO.CO, Jakarta - Pengeluaran kerap tidak sesuai dengan rencana dan membuat frustrasi. Anda mungkin menantang diri sendiri untuk menabung setengah dari gaji tetapi akhirnya hanya bisa berhemat 25 persen setelah membayar semua tagihan.
Dalam skenario ini, psikologi mungkin memiliki andil mengapa kita menghabiskan uang lebih dari yang diinginkan. Memahami proses berpikir dapat membantu menghindari pengeluaran berlebihan. Melansir CNBC, Mariel Beasley, salah satu pendiri Common Cents Labs, membagikan beberapa kebiasaan yang membuat kita menghabiskan lebih banyak uang dan apa yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.
Niat tanpa realisasi
Menurut Beasley, jika Anda hanya mengandalkan kemauan keras untuk mencegah melakukan pembelian berlebihan dan boros, itu akan berkurang seiring waktu dan tidak selalu efektif. Karena itu, salah satu cara untuk membatasi pengeluaran adalah melalui penganggaran.
“Membuat anggaran dapat membantu menunjukkan ke mana uang pergi, tetapi orang-orang memiliki kecenderungan untuk jatuh ke dalam siklus kompensasi yang berlebihan ketika mencoba mengekang pengeluaran,” jelas Beasley.
Ia menambahkan mereka akan tetap pada anggaran menghabiskan lebih sedikit satu minggu tetapi kemudian pada minggu berikutnya benar-benar akan memberikan kompensasi yang berlebihan untuk tingkat pengeluaran yang lebih rendah dan melampaui anggaran.
“Dan begitu menyadari melebihi anggaran, mereka akan mengurangi pengeluaran sekali lagi agar berada di bawah anggaran dan siklus berlanjut dengan cara ini,” jelasnya.
Mengejar kepuasan
Kita secara alami cenderung melakukan apa yang terasa baik di masa sekarang. “Ini karena biaya menunda kepuasan terkadang menyakitkan dan itu tidak terlalu memotivasi dari perspektif perilaku. Akibatnya, kita hanya membuat keputusan yang terasa baik di masa sekarang,” Beasley menjelaskan.
Menurutnya, inilah salah satu alasan besar mengapa lebih sulit menabung untuk masa pensiun lebih awal. Pensiun masih sangat jauh di masa depan tetapi ada sejumlah produk, layanan, dan peluang yang lebih dekat ke masa sekarang yang terasa jauh lebih dapat dicapai dan sering kali di situlah kita menaruh uang.
Pengikut
Mengikuti orang banyak atau apa yang tengah menjadi tren dapat mempengaruhi berapa banyak uang yang dikeluarkan ketika sangat mudah untuk melihat apa yang dibeli orang lain. “Secara finansial, kita termotivasi oleh apa yang dilihat, dilakukan orang lain, termasuk kebiasaan belanja mereka,” kata Beasley.
Lebih lanjut, Beasley menjelaskan visibilitas konsumsi dapat memiliki dampak yang kuat pada seberapa banyak dan untuk apa kita menghabiskan uang. Kita mungkin tahu di mana teman berbelanja pakaian dan jenis mobil apa yang dikendarai tetapi kita mungkin tidak tahu berapa banyak uang yang mereka tabung untuk pensiun atau apakah mereka memiliki rekening darurat yang didanai penuh. Kebiasaan ini tidak terlihat.
Lalu, bagaimana cara menghentikan kebiasaan tersebut? Strategi untuk menjaga pengeluaran terkendali lebih efektif ketika mereka bekerja dengan psikologi Anda daripada melawannya.
“Membuat aturan pembelanjaan untuk diri sendiri lebih efektif daripada membuat rencana yang membatasi berapa banyak yang bisa dibelanjakan,” kata Beasley.
Anggaran adalah aturan numerik yang sulit diikuti karena mencakup banyak pengeluaran yang berbeda untuk diperhitungkan. Tetapi, aturan berbasis tindakan cenderung lebih mudah untuk dipertahankan dalam jangka panjang. Salah satu contoh aturan berbasis tindakan yang dipatuhi Beasley adalah hanya membayar tunai saat pergi makan bersama teman. Dengan cara ini, Anda tidak dapat mengeluarkan uang terlalu banyak karena benar-benar tidak punya uang.
Aturan lain yang dapat membantu mencapai keseimbangan antara pengeluaran dan tabungan adalah melakukan deposit di rekening tabungan setiap kali melakukan pembelian yang tidak penting. Namun, tentu saja, tidak ada batasan untuk jenis aturan berbasis tindakan yang dapat dibuat sendiri dalam hal cara membelanjakan uang.
Baca juga: Tips agar Gaji Tak Cuma Numpang Lewat