TEMPO.CO, Jakarta - Dr. Zaenal Abidin dari Universitas Hasanuddin menekankan pentingnya menghambat penyebaran COVID-19 melalui pemutusan rantai penularan di tengah gelombang ketiga saat ini.
"Gelombang tiga sudah datang, hanya bagaimana kita menghambat penyebarannya dengan memutus rantai penularan," ujar dokter yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2012–2015 itu.
Menurutnya, upaya pencegahan penularan menjadi penting. Pencegahan seperti penerapan protokol kesehatan, termasuk meningkatkan masker menjadi N95, KF94 maupun KN95, serta vaksinasi, berkegiatan secara daring, lebih baik dari cara kuratif.
"Bila kembali kedodoran dalam pencegahan, apa boleh buat terpaksa kita kembali bertarung dengan cara kuratif. Risikonya telah dirasakan pada varian Delta. Tenaga kesehatan pun bertumbangan," ujarnya.
Guru Besar Epidemiologi Universitas Hasanuddin sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, juga menekankan pentingnya memutus rantai penularan COVID-19 agar infeksi tak menyebar. Rantai penularan infeksi mencakup cara penularan, tempat masuk dan keluar virus.
Cara penularan COVID-19 melalui percikan atau droplet saat batuk maupun bersin, kontak langsung dari permukaan yang terkontaminasi virus corona dan airborne saat melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol. Tempat masuk dan keluar virus antara lain melalui mukosa hidung, mulut, dan mata, sementara pejamu rentan yakni pasien dengan komorbid seperti diabetes melitus dan penyakit jantung, serta lansia.
Pemutusan rantai penularan bisa dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan, termasuk pakai masker, mencuci tangan dengan air dan sabun, serta menjaga jarak, ditambah vaksinasi dan menjaga ventilasi udara tetap baik.
"Memutus sambungan mana pun akan menghentikan penularan COVID-19," kata Ridwan.
Dalam meminimalisir risiko transmisi airborne di ruangan tertutup seperti rumah, Ridwan menyarankan membuka semua jendela dan pintu serta meminimalisir penggunaan AC agar sirkulasi udara tidak buruk. Selain itu, gunakan alat yang dapat membantu sirkulasi dan membersihkan udara seperti penyaring atau filter dan lampu UV sterilisasi.
Prof. Fachmi Idris dari Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mengingatkan gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Indonesia nyata dan dapat memberikan tekanan pada sistem kesehatan Indonesia.
"Dikhawatirkan karena penularan di tingkat komunitas tinggi, banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal. Akibatnya tidak dapat bertugas karena harus isoman. Ini menambah tekanan pada sistem kesehatan yang juga harus diantisipasi, bukan hanya menghitung kesiapan tempat tidur semata," jelasnya.
Baca juga: Pakar Sebut Penyintas COVID-19 Juga Bisa Terinfeksi Omicron