Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Pertolongan Pertama saat Anak Mengalami Kejang Demam

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Adanya riwayat kejang demam dalam keluarga akan meningkatkan risiko terjadinya  step pada anak
Adanya riwayat kejang demam dalam keluarga akan meningkatkan risiko terjadinya step pada anak
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi orangtua, kejang demam atau yang juga dikenal dengan nama step pada anak menjadi momok tersendiri. Fenomena ini ditandai dengan mata mendelik, kaku-kelojotan, dan lidah tergigit. Lantas, bagaimana pertolongan pertama yang harus dilakukan jika anak mengalami kejang demam (step)?

Dikutip dari repository.poltekkes-denpasar.ac.id, kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada tubuh yang mengalami kenaikan suhu 38 derajat celcius atau lebih karena proses di luar otak (ekstranium). Biasanya, kejang demam (step) terjadi pada anak-anak berusia 3-5 tahun. Namun, jika anak usia kurang dari 4 minggu mengalami kejang tanpa demam tidak termasuk fenomena step.

Sebagian besar kejang demam diawali dengan demam terlebih dahulu, baru disusul kejang. Saat kejang demam berlangsung ditandai dengan beberapa gejala yang dialami oleh anak, seperti terlihat aneh, hilang kesadaran, kelojotan (tersentak-sentak), tangan dan kaki kaku serta mata berputar-putar sehingga hanya terlihat bagian putih matanya saja. Dalam beberapa waktu, kulit anak juga akan terlihat menghitam dan napas sedikit terganggu.

Akan tetapi, gejala-gejala tersebut berlangsung sebentar. Anak akan segera normal kembali dalam beberapa waktu kemudian. Kejang terjadi pada saat anak masih demam dan setelahnya anak akan sadar kembali.

Dilansir dari idai.or.id, bila anak mengalami kejang demam, orangtua dihimbau untuk tetap tenang sembari melakukan pertolongan pertama sebagai berikut:

1. Meletakkan anak di tempat aman dan jauhkan dari benda-benda berbahaya seperti listrik dan benda yang mudah pecah.

2. Posisikan anak dalam kondisi miring. Hal ini membuat makanan, minuman, dan muntahan lainnya akan keluar sehingga anak terhindar dari bahaya tersedak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

3. Tidak memasukkan benda apapun ke dalam mulut anak saat sedang kejang. Memberi minum atau memasukkan benda lainnya karena bisa menyebabkan luka dan meningkatkan risiko sumbatan jalan napas.

4. Biarkan anak kejang sampai berhenti dengan sendirinya. Jangan memaksakan untuk menghentukan kejang karena bisa menyebabkan patah tulang.

5. Amati anak ketika sedang kejang. Hal ini merupakan informasi berharga untuk membantu dokter. Segera bawa anak ke dokter setelah kejang berhenti.

6. Apabila sebelumnya anak sudah pernah kejang demam, dokter mungkin mungkin akan membekali orangtua dengan obat kejang demam yang dapat diberikan melalui dubur. Obat dapat diberikan setelah melakukan langkah-langkah pertolongan pertama tersebut.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca juga: Beda Kejang Epilepsi dengan Kejang Demam, Bagaimana Mengatasinya?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

27 menit lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

21 jam lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

1 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

6 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

8 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

9 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

19 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com
Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura yang menyerang selama libur Lebaran 2024 sebabkan komplikasi penyakit lain. Ini pencegahannya


Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

19 hari lalu

Flu Singapura.
Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

Flu Singapura atau HFMD mengalami peningkatan selama mudik atau libur Lebaran 2024. Apa gejala dan penyebab dari penyakit ini?


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

22 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

31 hari lalu

Flu Singapura.
Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.