TEMPO.CO, Jakarta - Long Covid adalah gejala sakit berkepanjangan yang diderita pasien Covid-19 meskipun ia sudah dinyatakan sembuh. Long Covid bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Benarkah Long Covid bisa berpotensi menghambat kecerdasan anak?
Dilansir dari laman Nature, Selasa, 8 Februari 2022, gejala Long Covid sangat bervariasi, tapi yang paling umum adalah kelelahan, sesak napas, disfungsi kognitif atau yang disebut kabut otak, dan malaise pasca-olahraga di mana bahkan aktivitas ringan menyebabkan kelelahan yang berlangsung lama.
“Banyak anak tidak memiliki gejala apapun ketika mereka terinfeksi Covid. Jadi, jika gejala long Covid muncul, akan sulit untuk menghubungkannya dengan virus Corona,” kata spesialis penyakit menular pediatrik Sindhu Mohandas dalam laman US News, Senin, 13 Desember 2021.
Penelitian Long Covid pada anak salah satunya dilakukan oleh peneliti University College London Great Ormond Street Institute of Child Health. Mereka meneliti 6.804 anak berusia 11 hingga 17 tahun di Inggris pada awal 2021.
Studi itu menunjukkan puluhan ribu anak-anak dan remaja di Inggris memiliki Long Covid. Ini sejalan dengan perkiraan Kantor Statistik Nasional Inggris yang memperkirakan 44 ribu anak berusia 2 hingga 11 tahun dan 73 ribu anak berusia 12 hingga 16 tahun di negara itu telah terjangkit long Covid.
Dilansir dari laman Medscape, Kamis, 10 Februari 2022, diperkirakan sebanyak 20-30 persen pasien Covid-19 mengalami masalah kognitif yang signifikan lama setelah gejala akut infeksi sembuh. Namun, risikonya lebih tinggi pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan jumlah sekitar 60 persen mengalami penurunan kognitif dalam waktu empat bulan.
Dilansir dari laman The Philadelphia Inquirer, Senin, 20 Desember 2021, kita sering melihat anak-anak dengan Covid-19 tidak memiliki kepala yang jernih. Istilah yang digunakan orang adalah ‘brain fog’ atau ‘kabut otak’.
Kabut otak, mengutip dari laman Veywell Health, merupakan gejala stres yang dipicu oleh peristiwa sulit, traumatis, depresi, dan kecemasan. Hal ini umum terjadi saat seseorang mengalami peristiwa yang membuat stres atau krisis kesehatan mental berkepanjangan.
Ketika seseorang didiagnosis Covid-19, ia mungkin akan merasa terpukul, stres, dan cemas yang bisa memicu adanya kabut otak. Gejala kabut otak bisa bervariasi pada tiap orang, tapi umumnya gejalanya adalah sulit konsentrasi, memiliki masalah memori jangka pendek, sulit memperhatikan detail, berkurangnya kemampuan multitasking, sulit menyelesaikan tugas, memiliki masalah perencanaan, dan merasa sangat mengantuk, terpencar, atau bingung.
Anak-anak yang mengalami Long Covid mungkin akan mengalami kabut otak yang bisa mengganggu kegiatan mereka. Jika begini, ajak anak Anda untuk sekadar menikmati udara pagi di halaman rumah atau bangun pada waktu yang sama tiap hari, serta ajak ia untuk terus berkomunikasi dan mengutakan perasaannya. Hal kecil semacam ini bisa memberi anak energi, menambah kedekatan anak dan orang tua, serta sebagai cara supaya Anda bisa mengetahui kondisi anak.
AMELIA RAHIMA SARI