Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kaitan Zat Besi dan Pengobatan Kanker

Reporter

image-gnews
Ilustrasi sel kanker. shutterstock.com
Ilustrasi sel kanker. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu bagian rumit dari pengobatan kanker adalah sel kanker yang perlu dihancurkan sangat mirip dengan sel sehat yang perlu disentuh. Selain itu, kebanyakan obat kanker menyebabkan kerusakan dan mengganggu fungsi sel-sel sehat. Artinya, obat yang membunuh sel kanker biasanya juga membahayakan sel sehat.

Sel kanker menimbun zat besi dalam jumlah yang luar biasa tinggi. Dilansir dari Big Think, para ilmuwan di UC San Fransisco telah menemukan cara memanfaatkan ini untuk menciptakan obat kanker yang lebih aman. Mereka memanfaatkan profil metabolisme unik kanker untuk memastikan obat hanya menargetkan sel kanker.

Pengobatan kanker tradisional menerapkan pendekatan scorched-earth. Misalnya, terapi radiasi paling merusak sel-sel yang tumbuh dan membelah. Sel-sel kanker adalah yang paling sensitif karena banyak bereplikasi, tetapi sel-sel yang sehat juga rusak. Pengobatan kanker yang ditargetkan, di sisi lain, membidik molekul yang berperan dalam bagaimana sel kanker tumbuh dan bertahan hidup, seperti reseptor dan enzim spesifik.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah bekerja untuk mengidentifikasi molekul dan obat khusus kanker yang menghalangi mereka. Misalnya, MEK adalah enzim yang sangat diekspresikan pada kanker pankreas, darah, dan paru-paru yang paling agresif. Kelebihan enzim ini menyebabkan sel membelah tak terkendali.

Cobimetinib, obat kanker yang disetujui BPOM Amerika Serikat (FDA), memperlambat replikasi sel kanker dengan menghambat MEK. Sayangnya, MEK juga diekspresikan dalam jaringan sehat, terutama kulit, di mana pergantian sel berlangsung cepat, dan retina, di mana akson saraf secara teratur diregenerasi. Ergo, cobimetinib juga merusak sel-sel sehat.

Lebih buruk lagi, membunuh sel kanker seringkali membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi karena metabolisme kanker seringkali lebih besar di sel kanker daripada di sel normal. Misalnya, beberapa sel kanker memiliki lebih banyak enzim MEK dan dengan demikian lebih banyak cobimetinib diperlukan untuk menghentikan replikasi sel-sel ini.

Sayangnya, dosis yang diterima pasien kanker seringkali mendekati atau bahkan melebihi tingkat di mana obat kanker tersebut menyebabkan keracunan pada jaringan sehat. Sel kanker menimbun zat besi pada tingkat yang jauh lebih besar daripada sel sehat, menurut penelitian sebelumnya. Ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan spesivisitas obat kanker.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika pengobatan kanker seperti cobimetinib hanya diaktifkan di lingkungan sel kanker yang kaya zat besi, obat tersebut akan menjadi kurang efektif ketika berinteraksi dengan sel sehat. Ini seperti sistem otentikasi dua faktor untuk obat kanker.

Untuk menguji ini, ilmuwan mensintesis cobimetinib yang diaktifkan zat besi (IA), yang hanya memblokir MEK di lingkungan yang kaya zat besi. Obat eksperimental menghambat pertumbuhan tumor seefisien cobimetinib standar tetapi menyelamatkan sel-sel sehat.

Menggunakan model kanker paru-paru pada tikus, hewan yang menerima baik IA-cobimetinib atau cobimetinib standar memiliki lebih sedikit lesi paru-paru dan menunjukkan kelangsungan hidup keseluruhan yang lebih lama dibandingkan dengan tikus yang diobati dengan alat. Ketika para ilmuwan mengevaluasi efek IA-cobimetinib pada sel retina dan kulit manusia yang sehat, mereka menemukan jaringan sehat sekitar 10 kali lipat kurang sensitif dibandingkan sel kanker terhadap IA-cobimetinib.

Hasil positif tim telah menyebabkan perusahaan komersial melisensikan teknologi aktivasi zat besi mereka, menurut Eric Collisson, ahli onkologi medis di UCSF dan penulis utama studi tersebut. Perusahaan akan melakukan studi manusia dalam waktu 2-3 tahun.

Baca juga: Radikal Bebas, Penyebab dan Risikonya terhadap Kesehatan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

16 jam lalu

Migran dari Thailand Cheng
Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker


Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

1 hari lalu

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

3 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

7 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

8 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

8 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


10 Efek Mengonsumsi Makanan Manis Berlebihan, Bisa Picu Sel Kanker

9 hari lalu

Ilustrasi makanan manis seperti cupcakes. Unsplash.com/Viktor Forgacs
10 Efek Mengonsumsi Makanan Manis Berlebihan, Bisa Picu Sel Kanker

Ada banyak efek makanan manis yang tidak bagus untuk kesehatan, di antaranya bisa meningkatkan risiko diabetes hingga bertumbuhnya sel kanker.


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

11 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

13 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

14 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.