TEMPO.CO, Jakarta - Dwi Listyawardani Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN, menyebutkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 konsumsi protein hewani hanya 21,5 gr/kapita/hari. Artinya hanya sekitar 1/3 dari konsumsi protein keseluruhan yang mencapai 62,28 gr/kapita/hari. Melihat masih rendahnya pemenuhan kebutuhan protein hewani, BKKBN pun mulai menyasar para calon pengantin. Karena ternyata 40 persen calon pengantin perempuan mengalami anemia dan 35 persen lagi dalam kondisi kekurangan energi kronik, ceking.
“Kondisi anemia lalu hamil, itu menjadi awal dari masalah kurang gizi pada bayi,” kata Dwi dalam keterangan pers pada Senin 6 Juni 2022.
Melalui program Generasi Berencana yang menyasar remaja, BKKBN membentuk opini bahwa remaja yang sehat itu adalah yang Indeks Massa Tubuhnya lebih tinggi dari 18,5. Artinya memastikan remaja putri dan calon pengantin pemenuhan nutrisi protein hewani merupakan salah satu strategi penting untuk mencegah stunting dari hulu.
Susu dikenal memiliki segudang manfaat untuk mendukung tumbuh kembang anak, pasalnya dalam fase tumbuh kembang, anak-anak sangat membutuhkan zat gizi makro seperti protein. Sandra Fikawati mengatakan menjelaskan protein terdiri atas senyawa kimia yang terdiri atas asam-asam amino yang fungsinya adalah membangun dan mengatur sel-sel tubuh.
"Tubuh memerlukan 20 jenis asam amino, dan 9 diantaranya adalah asam amino esensial yang didapat dari makanan. Makanan seperti apa? Protein hewani memiliki asam amino lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Susu adalah salah satu sumber protein hewani terbaik,” jawab Sandra dalam keterangan pers Senin 6 Juni 2022. "Asam amino esensial yang lebih lengkap inilah yang akan mendukung kerja hormonal di dalam tubuh, termasuk hormon pertumbuhan."
Artinya pada anak yang kekurangan asupan asam amino esensial maka tubuhnya akan mengalami kekurangan hormon pertumbuhan. Inilah kemudian yang menyebabkan terganggunya regenerasi sel sehingga tubuh tidak tumbuh dengan baik, bahkan juga dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.
Teknologi fortifikasi pada produksi susu bisa menambahkan zat yang tidak ada atau kurang seperti vitamin A, D, dan Fe (zat besi). Artinya susu bisa menjadi solusi pelengkap untuk mengatasi masalah anemia dan kekurangan gizi kronik yang banyak terjadi di remaja putri.
Selain itu konsumsi susu kini sudah praktis. Bisa diminum tanpa makanan pendamping apapun. "Susu bisa satu saja. Telur misalnya, harus dimasak, tidak mungkin mentah. Kalau produk dari susu tidak usah diapa-apa sudah tinggal dikonsumsi," kata Sandra Fikawati.
Pada ibu hamil, kebutuhan akan asam folat sangatlah esensial untuk mengoptimalkan tumbuh kembang janin. Sehingga asam folat pada susu juga akan menjaga sistem kekebalan ibu hamil dan kehamilan yang dijalankan tetap sehat baik untuk janin maupun ibunya.
Baca: Daftar 6 Manfaat Zat Besi: Cegah Anemia hingga Memperbaiki Kualitas Tidur