TEMPO.CO, Jakarta - Tak semua anak, khususnya remaja, mau berbagi cerita dengan orang tua. Takut dihakimi, dimarahi, dan mendapat ceramah adalah beberapa alasan yang membuat remaja enggan menceritakan kegiatan atau masalah yang dialami.
Psikolog klinis anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengatakan sering mengajak mengobrol dan berdiskusi akan membuat anak lebih terbuka pada orang tua. Vera mengatakan sejak usia dini orang tua harus membiasakan diri untuk saling berbagi cerita.
Bila tidak dilakukan, kebiasaan ini akan membuat anak tertutup di kemudian hari. Menurutnya, cara yang paling tepat untuk membuat anak berbagi cerita dengan orang tua adalah dengan melakukan obrolan setiap hari dan belajar mendengarkan.
"Jadi, lebih sering ngobrol 5-10 menit sehari, sering punya waktu berdua dengan anak ini dan lebih belajar mendengarkan," ujar Vera.
Ia mengatakan anak akan memiliki lebih banyak emosi saat menginjak usia remaja. Orang tua pun cenderung akan ikut terbawa emosi anak lantaran tidak dapat memahami perasaan anak. Kemarahan tersebut akan dipahami oleh anak, bahwa orang tua bukan tempat yang baik untuk bercerita.
Jadi pendengar
Menurut Vera, di saat seperti ini orang tua lebih baik memposisikan diri sebagai pendengar. Bila diminta saran, barulah memberikan pendapat.
"Remaja itu wadahnya emosi, mereka lagi belajar untuk mengelolanya. Jadi, sebagai orang tua kita tampung dulu, seringnya orang tua langsung memarahi kalau anak bercerita," katanya. "Yang dibutuhkan itu emosinya keluar agar dia bisa berpikir dan sering kali solusinya itu datang ketika ngobrol. Ini harus dilakukan, dicicil, pelan-pelan, enggak bisa langsung."
Akan tetapi, bila anak sudah terlanjur tertutup, maka hal yang paling bisa dilakukan adalah memperbaiki hubungan antara anak dan orang tua. Orang tua juga dilarang menyalahkan anak soal ketidakterbukaan. Pelan-pelan harus dilakukan komunikasi yang santai dan menyenangkan.
"Kalau anak yang sudah terlanjur tertutup berarti ada koneksi yang enggak bagus antara orang tua dan anak. Itu yang harus diperbaiki dan jangan langsung mengkoreksi anak, anak enggak akan terima," jelas Vera.
Baca juga: Awasi Penggunaan Media Sosial Anak dengan Literasi Digital