TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Lebaran 2023, semakin banyak orang melakukan transaksi dengan uang Tunjangan Hari Raya (THR) untuk membeli keperluan hingga berzakat. Tak sedikit kegiatan tersebut dilakukan secara daring berkat kemudahan teknologi dan digitalisasi.
Di tengah peningkatan transaksi online, ada saja celah keamanan yang digunakan penjahat siber untuk berbuat jahat dan merugikan masyarakat, mulai dari pencurian identitas seperti kata sandi, OTP, dan upaya social engineering lain yang semakin marak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan. Terbaru adalah kasus penipuan QRIS di masjid-masjid yang meresahkan masyarakat.
Menanggapi tren ini, managing director VIDA, Adrian Anwar, meminta pengguna layanan digital agar mampu berperan aktif dalam mencegah terjadinya kejahatan siber, khususnya yang berkaitan dengan data pribadi sendiri.
"Kita perlu membangun pola kebiasaan yang baik dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan data-data pribadi," ujarnya.
Berikut beberapa tips agar pengguna layanan digital lebih waspada dalam menjaga data pribadi.
Tidak membagikan identitas fisik maupun online
Masyarakat perlu menjaga baik keamanan identitas pribadi, baik itu KTP, paspor, dan data-data pribadi lain. Tak hanya itu, di era online ini, baik nama pengguna, kata sandi, maupun kode sekali pakai (OTP) sebaiknya tidak dituliskan sembarangan dan tidak memanfaatkan fitur copypaste karena peretas dapat memperoleh akses ke clipboard perangkat yang kode-kodenya tidak terenkripsi sama sekali sehingga dapat melakukan verifikasi dan otentikasi transaksi yang tidak diinginkan oleh pengguna.
Berhati-hati saat mengklik tautan di pesan singkat
Pelaku penipuan akhir-akhir ini kerap mengirim tautan berisi formulir pendaftaran yang menangkap data-data pribadi pengguna dengan mengatasnamakan institusi-institusi resmi. Oleh karena itu, konsumen harus memastikan terlebih dulu akun yang mengirimkan pesan-pesan tersebut merupakan akun resmi dari institusi terkait karena biasanya layanan dari instansi atau pihak resmi tidak akan meminta pengguna memberikan informasi sensitif melalui moda yang tidak terproteksi seperti melalui pesan singkat dan formulir isian.
Hindari menggunakan jaringan wifi publik yang tidak terenkripsi
Ketika menggunakan wifi publik, risiko menjadi korban kejahatan siber Man in the Middle Attack atau MitM sebagai interseptor antara pengguna dengan penyedia layanan digital semakin tinggi. Modus MitM adalah mencuri informasi pribadi pada jaringan yang tidak terenkripsi, dan menargetkan pengguna aplikasi keuangan, e-commerce, maupun situs layanan lain. Karena itu, sangat disarankan untuk menunda melakukan transaksi hingga memiliki akses jaringan yang lebih aman seperti data ponsel atau wifi pribadi.
Hindari transaksi e-commerce yang mencurigakan
Seringkali konsumen tergiur godaan diskon yang besar namun berujung pada kualitas barang hingga pencurian data pribadi penting. Pelaku penipuan dapat membuat web dan aplikasi yang benar-benar mirip e-commerce resmi untuk memperoleh data pribadi korban dengan meminta pengguna memasukkan identitas pribadi serta detail pembayaran seperti nomor dan CVV kartu kredit.
Untuk itu, konsumen harus jeli dalam melihat kredibilitas platform untuk memastikan platform e-commerce yang digunakan terdaftar diawasi institusi pemerintah. Gunakan layanan digital yang memiliki fitur otentikasi dua langkah. Modus kejahatan pencurian identitas seperti phishing menjadi semakin sulit dibedakan dari otoritas yang sebenarnya.
Untuk itu, sistem otentikasi dua langkah hadir memberikan lapisan tambahan jika seandainya nama pengguna dan kata sandi pengguna sudah bocor. Lapisan tambahan ini juga dapat hadir berupa otentikasi biometrik yang tentunya lebih aman. Baik itu biometrik sidik jari maupun wajah, pengguna tidak perlu lagi khawatir kehilangan akses untuk langkah ini karena semuanya melekat pada pengguna. Layanan identitas digital dengan sistem keamanan yang komprehensif, tersertifikasi, serta terenkripsi diperlukan agar masyarakat dapat melakukan transaksi keuangan dengan tenang walaupun di tengah trafik yang tinggi.
Pilihan Editor: Apa Itu Doxing? Berikut Pengertian dan Cara Menghadapinya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.