TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan toksik atau toxic adalah hubungan tidak sehat yang membuat orang merasa tidak dipahami, tidak didukung, dan direndahkan. Palang Merah Indonesia (PMI) menyosialisasikan pentingnya memahami hubungan toksik bagi remaja dan cara-cara menghindarinya lewat Korps Sukarela (KSR). Diskusi bertema "Membebaskan Diri dari Hubungan Toksik: Embracing healing and growth" diselenggarakan oleh PMI Pusat dengan narasumber dari KSR PMI Jombang Kunti Lia Eka dan KSR Universitas Wiralodra Indramayu, Dini Nurfajri.
"Ini bisa terjadi tidak hanya di pasangan kekasih tetapi juga hubungan pertemanan," kata Kunti, Selasa, 13 Juni 2023.
Ia menjelaskan istilah-istilah dalam hubungan yang selama ini sering diperbincangkan remaja di media sosial, yakni red flag, gaslighting, dan love bombing.
"Red flag dalam istilah bahasa Inggris bendera merah, arti merah itu peringatan, menunjukkan sesuatu yang mencurigakan dan membahayakan. Kalau dalam suatu hubungan itu tanda bahaya sehingga harus segera diakhiri. Kalau gaslighting itu manipulasi dalam hubungan yang tidak sehat, jadi pasangan cenderung menutup-nutupi, berbohong, tidak terbuka, dan tidak apa adanya," paparnya.
Sedangkan love bombing adalah kondisi di mana dalam suatu hubungan cenderung ada permainan fisik yang tidak sehat. "Misalnya dalam suatu hubungan kita bertengkar, karena tidak terkendali bisa terjadi kekerasan fisik seperti pukul-pukulan, bahkan kalau memuncak bisa terjadi pembunuhan, seperti sekarang sering terjadi, kejadian cinta segitiga, kalau salah satunya ada kecemburuan, bisa terjadi pembunuhan," tuturnya.
Baca juga:
Kunti menuturkan dampak dari hubungan toksik ini sangat berbahaya bagi siapa pun yang mengalami, dan bisa mempengaruhi kesehatan mental. "Seseorang bisa mengisolasi diri dari hubungan lain yang lebih sehat dan ketika terus-menerus berada di lingkungan yang negatif, ada batas sosialisasi yang dilakukan di lingkungan, biasanya korban akan cenderung memilih diam, tidak berbicara, dan membatasi diri. Ini berbahaya karena akan mempengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan mental," ujarnya.
Upaya sosialisasi
Kunti mengatakan PMI selama ini telah melakukan upaya-upaya untuk menyosialisasikan pentingnya menjaga hubungan sehat lewat Palang Merah Remaja (PMR) yang secara aktif hadir di sekolah-sekolah maupun komunitas. "Kita aktif di PMR, jadi ada fasilitator-fasilitator di PMR, bisa melalui edukasi, atau materi yang diajarkan dari teman-teman PMR, setiap ketemu, diberi informasi tentang bahaya hubungan toksik. Selain itu, PMR juga aktif melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan bentuk sosialisasi itu pasti ada, untuk melindungi anak-anak remaja dari hubungan yang toxic," tuturnya.
Sementara itu, Dini menjelaskan penyebab hubungan toksik, salah satunya dipengaruhi hubungan sebelumnya. "Bisa jadi karena trust issue atau hilangnya kepercayaan karena trauma dengan hubungan sebelumnya, misalnya pasangan yang terlalu mengekang," kata Dini.
Ia mengatakan hubungan toksik bisa menjadi positif apabila ada perbaikan komunikasi. " Jadi, satu sama lain bisa saling mengkomunikasikan perasaan masing-masing dan terjalin dua arah. Selama teman atau pasangan pelaku hubungan toksik tersebut masih bisa diajak bicara maka ajaklah bicara. Tetapi kalau memang sudah tidak bisa diajak komunikasi, lebih baik kita menjauh pelan-pelan," jelasnya.
Pilihan Editor: Tanda dan Cara Keluar dari Toxic Relationship
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.