Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahaya Pemanis Buatan Aspartam bagi Kesehatan

Reporter

image-gnews
Pemanis buatan (Pixabay.com)
Pemanis buatan (Pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemanis buatan aspartam rencananya akan  dinyatakan sebagai zat kemungkinan karsinogenik atau bisa memicu kanker pada Juli 2023, menurut dua orang sumber kepada Reuters. Pemanis buatan itu banyak digunakan mulai dari minuman soda diet hingga permen karet dan beberapa minuman buatan.

Menurut kedua sumber itu, aspartam akan dimasukkan pada daftar zat yang mungkin bersifat karsinogenik terhadap manusia untuk pertama kali oleh Badan Internasional Penelitian Kanker (IARC) yang berada di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keputusan yang dirampungkan awal Juni 2023 dalam pertemuan para ahli eksternal IARC tersebut dimaksudkan untuk menilai apakah suatu zat kemungkinan berbahaya atau tidak berdasarkan semua bukti yang telah dipublikasikan.

Keputusan itu tidak mempertimbangkan berapa banyak produk yang aman dikonsumsi. Rekomendasi bagi konsumen dibuat oleh komite lain yang terdiri dari para ahli aditif makanan WHO, yang dikenal sebagai gabungan WHO dengan Komite Pakar Zat Aditif Makanan Organisasi Pangan Dunia (FAO) atau JECFA, bersama penilaian dari regulator-regulator nasional. 

Namun, keputusan IARC sebelumnya tentang zat-zat yang lain telah menimbulkan kekhawatiran konsumen, mendorong gugatan hukum, dan menekan produsen dalam membuat komposisi baru dan beralih ke zat pengganti. Hal itu memicu kritik terhadap IARC karena penilaiannya dapat membingungkan masyarakat.

JECFA juga sedang meninjau ulang penggunaan aspartam di 2023. Pada akhir Juni mereka mulai bertemu dan dijadwalkan mengumumkan temuan pada 14 Juli, bertepatan dengan pengumuman keputusan IARC.

Pada 1981, JECFA menyatakan aspartam aman dikonsumsi dalam batas harian yang diterima. Orang dewasa berbobot 60 kg, misalnya, dianggap berisiko jika mengonsumsi 12-36 kaleng minuman ringan diet per hari, tergantung jumlah aspartam dalam minuman itu. Anggapan itu telah diterima oleh banyak regulator nasional, termasuk di Amerika Serikat dan Eropa.

Juru bicara IARC mengatakan baik temuan IARC maupun JECFA bersifat rahasia hingga Juli. Dia menambahkan kedua temuan itu saling melengkapi. Kesimpulan IARC mewakili langkah fundamental pertama dalam memahami karsinogenisitas, sedangkan JECFA melakukan penilaian risiko, yang menentukan kemungkinan terjadinya jenis kerusakan tertentu, misalnya kanker, dalam kondisi dan tingkat paparan tertentu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, menurut surat dari regulator AS dan Jepang, industri dan regulator khawatir jika kedua proses tersebut dilakukan bersamaan akan menimbulkan kebingungan.

"Dengan hormat kami meminta kedua lembaga itu mengkoordinasikan upaya meninjau ulang aspartam guna menghindari kebingungan atau kekhawatiran masyarakat," tulis Nozomi Tomita, pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, dalam surat bertanggal 27 Maret 2023 kepada Wakil Direktur Jenderal WHO, Zsuzsanna Jakab.

Jadi Perdebatan
Keputusan IARC bisa menimbulkan dampak yang luas. Pada 2015, komite mereka menyimpulkan bahwa glifosat mungkin bersifat karsinogen. Beberapa tahun kemudian, meski badan lain seperti Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) mempertanyakan hal ini, perusahaan-perusahaan masih merasakan akibat dari keputusan itu.

Pada 2021, Bayer dari Jerman kalah dalam pengadilan banding ketiga terhadap vonis pengadilan AS yang memberikan ganti rugi kepada konsumen-konsumen yang menuding herbisida berbasis glifosat buatan Bayer menjadi pemicu kanker. Keputusan-keputusan IARC juga dikecam karena memicu panik yang tidak perlu mengenai zat atau situasi yang sulit dihindari.

IARC memiliki empat tingkatan klasifikasi: karsinogenik, kemungkinan besar karsinogenik (probably carcinogenic), kemungkinan karsinogenik (possibly carcinogenic), dan tidak bisa diklasifikasikan. Tingkatan-tingkatan itu didasarkan pada kekuatan bukti, bukan seberapa berbahaya suatu zat.

Pilihan Editor: Apakah Sering Mengonsumsi Pemanis Buatan Berdampak Buruk terhadap Kesehatan?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

4 hari lalu

Warga Palestina, yang menjadi pengungsi akibat serangan militer Israel di Gaza selatan, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara melalui pos pemeriksaan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Jalur Gaza tengah 15 April. 2024. REUTERS/Ramadan Abed
10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel


Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

6 hari lalu

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.


Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

8 hari lalu

Migran dari Thailand Cheng
Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker


Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

9 hari lalu

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

11 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

15 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

16 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

16 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

19 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

21 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.