Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Hanya Gigi Berlubang, Kesehatan Gigi yang Buruk Dapat Sebabkan Otak Menyusut

image-gnews
Ilustrasi gigi (pixabay.com)
Ilustrasi gigi (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda berpikir bahwa sering tidak menyikat gigi hanya dapat menyebabkan gigi berlubang? Kesehatan gigi tak hanya sebatas itu.

Kebersihan mulut yang buruk dapat meningkatkan peluang terkena penyakit gusi dan sejumlah masalah kesehatan lainnya, termasuk diabetes, kanker, dan penyakit jantung.

Baru-baru ini, sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti Jepang menemukan hubungan antara kesehatan gigi yang buruk dan penurunan volume otak. Ini menunjukkan bahwa menjaga kesehatan mulut yang baik penting untuk menjaga kesehatan otak yang baik.

Penyakit gusi dan gigi tanggal telah dikaitkan dengan penyusutan otak di hippocampus, yang terlibat dalam memori dan penyakit Alzheimer, demikian menurut penelitian dari Universitas Tohoku di Sendai, Jepang.

Studi tersebut dipublikasikan di jurnal Neurology dengan judul ‘Associations of Dental Health With the Progression of Hippocampal Atrophy in Community-Dwelling Individuals: The Ohasama Study’.

Temuan penelitian terhadap 172 partisipan selama empat tahun tidak membuktikan sebab-akibat namun menemukan hubungan antara sejumlah faktor-faktor. Implikasi dari studi seperti ini dapat mempengaruhi bagaimana dokter gigi membuat keputusan terkait kesehatan mulut pasien.

Hippocampus Kirit Otak

Mereka menemukan hubungan antara kehilangan gigi dan penyakit gusi serta perubahan pada hippocampus kiri otak ketika mereka membandingkan temuan tes dari awal percobaan dan empat tahun kemudian.

Para peserta, semuanya berusia 55 tahun atau lebih, melakukan tes memori pada awal penelitian, dan para peneliti mengumpulkan data tentang kesehatan umum dan riwayat kesehatan masing-masing peserta, menggunakan kuesioner dan tes medis.

Peserta hanya dimasukkan dalam studi jika mereka tidak memiliki masalah memori di awal. Magnetic resonance imaging (MRI) memungkinkan tim peneliti menentukan volume hippocampus mereka pada awal dan empat tahun kemudian.

Dokter gigi menghitung jumlah gigi pada setiap partisipan dan memeriksa kedalaman probing periodontal (PD), ukuran jaringan gusi di sekitar setiap gigi yang dapat memberikan indikasi penyakit gusi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Gigi tanggal dan penyakit gusi, yang merupakan peradangan jaringan di sekitar gigi penyebab penyusutan gusi dan melonggarnya gigi, sangat umum terjadi sehingga mengevaluasi hubungan potensial dengan demensia sangatlah penting," jelas salah satu peneliti dan dokter gigi geriatri, Satoshi Yamaguchi.

Kisaran PD yang sehat adalah antara satu dan tiga milimeter. PD tiga atau empat milimeter di beberapa titik diklasifikasikan sebagai penyakit gusi ringan dan penyakit gusi yang parah melibatkan PD lima atau enam milimeter di beberapa titik. Analisis didasarkan pada PD rata-rata untuk setiap peserta pada awal dan empat tahun kemudian.

Para peneliti menemukan bahwa jumlah gigi dan luasnya penyakit gusi berhubungan dengan perubahan hippocampus kiri otak. Hippocampus mengalami kehilangan volume di awal perkembangan penyakit Alzheimer.

Hippocampus kiri menyusut lebih cepat pada orang dengan penyakit gusi ringan yang juga memiliki gigi lebih sedikit. Satu gigi yang lebih sedikit meningkatkan tingkat penyusutan otak pada orang dengan penyakit gusi ringan dengan jumlah yang hampir sama dengan satu tahun tambahan penuaan otak.

Pada sisi lain, pada individu dengan penyakit gusi yang parah memiliki lebih banyak gigi yang dikaitkan dengan tingkat penyusutan otak yang lebih cepat di area yang sama. Peningkatan penyusutan hippocampus kiri yang disebabkan oleh satu gigi lagi setara dengan 1,3 tahun penuaan otak pada orang dengan penyakit gusi parah.

Perbedaan ini terlihat setelah peneliti memperhitungkan usia para partisipan. “Temuan menunjukkan bahwa mempertahankan gigi dengan penyakit gusi yang parah dikaitkan dengan atrofi otak,” kata Yamaguchi.

Studi tersebut melibatkan sejumlah kecil orang, semuanya dari satu wilayah di Jepang, sehingga penting bahwa studi harus dilakukan pada populasi yang lebih besar dan beragam sebelum hasil ini dapat digeneralisasikan.

"Penelitian kami menemukan bahwa hal [kehilangan gigi dan penyakit gusi] dapat berperan dalam kesehatan area otak yang mengontrol pikiran dan ingatan, memberi orang alasan lain untuk merawat gigi mereka dengan lebih baik," demikian Yamaguchi ihwal peran krusial kesehatan gigi.

Pilihan editor : Kapan Sikat Gigi Harus Diganti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

1 hari lalu

Petugas haji melakukan scan tubuh pada seorang jamaah haji saat tiba di Asrama Haji Embarkasi Medan, Sumatera Utara, 18 September 2016. Pemeriksaan tersebut untuk mengantisipasi adanya virus MERS-CoV pada jamaah haji usai menunaikan ibadah haji 2016. ANTARA/Septianda Perdana
Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.


Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

4 hari lalu

Raja Charles dan Ratu Camilla dari Inggris tiba untuk kebaktian gereja di gereja St. Mary Magdalene di perkebunan Sandringham di Inggris timur, Inggris, 18 Februari 2024. Raja mengurangi penampilan publik untuk fokus dengan perawatan kankernya. REUTERS/Chris Radburn
Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.


Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

6 hari lalu

Jenis kanker yang diidap Raja Charles belum diungkap. Sel kanker itu ditemukan saat Raja menjalani pengobatan pembesaran prostat baru-baru ini. Namun, menurut kabar, kanker yang diderita Raja Charles bukan kanker prostat. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker


Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

8 hari lalu

Dosen FMIPA UGM Prof. Edi Suharyadi dikukuhkan menjadi Guru Besar. Foto : UGM
Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial


Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

8 hari lalu

Bob Marley, saat tampil dalam acara Hammersmith Odeon, London, Inggris pada 1977. Keluarga penyanyi reggae asal Jamaika, Bob Marley meluncurkan produk yang mereka klaim sebagai merek ganja pertama di dunia. Anwar Hussein/Getty Images
Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?


10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

16 hari lalu

Warga Palestina, yang menjadi pengungsi akibat serangan militer Israel di Gaza selatan, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara melalui pos pemeriksaan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Jalur Gaza tengah 15 April. 2024. REUTERS/Ramadan Abed
10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel


Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

17 hari lalu

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.


Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

20 hari lalu

Migran dari Thailand Cheng
Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker


Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

20 hari lalu

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

23 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.