TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan hormon selama menstruasi ternyata memberikan dampak bagi tubuh, salah satunya sakit kepala bahkan migrain.
Penjelasannya, beberapa wanita bahkan mengalami sakit kepala yang luar biasa saat sedang menstruasi. Jenis sakit kepala yang umum terjadi saat menstruasi adalah sakit kepala migrain.
Sakit kepala ini bisa terjadi sebelum, selama hingga sesudah menstruasi. Sakit kepala disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Estrogen adalah hormon seks wanita. Estrogen akan bergerak melalui aliran darah menyampaikan pesan ke berbagai bagian tubuh.
Kadar estrogen meningkat di tengah siklus menstruasi Anda akan mendorong pelepasan sel telur. Progesteron adalah hormon penting lainnya. Meningkatnya kadar hormon ini membantu sel telur ditanamkan di dalam rahim.
Setelah ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium), kadar hormon menurun. Kadar estrogen dan progesteron berada pada titik terendah tepat sebelum menstruasi. Penurunan inilah yang membuat beberapa wanita lebih mungkin mengalami sakit kepala.
Baca juga:
Menurut National Headache Foundation , sakit kepala migrain saat menstruasi dapat terjadi pada sekitar 60 persen wanita. Sakit kepala migrain saat menstruasi ditandai dengan rasa berdenyut hebat yang dimulai pada satu sisi dahi dan menjalar ke sisi lainnya. Sakit ini dapat membuat Anda sulit membuka mata, bekerja, atau bahkan berpikir.
Gejala lainnya adalah mual, muntah, kelelahan, nyeri sendi, nyeri otot, sembelit atau diare hingga perubahan suasana hati. Untuk mengobati sakit kepala ini, Anda bisa mengonsumsi obat pereda nyeri seperti ibuprofen, natrium naproksen, aspirin, dan parasetamol.
Saat mengalami migrain, Anda bisa juga mengonsumsi makanan mengandung kafein, sebab kafein terbukti dapat mengurangi rasa tidak nyaman saat menstruasi, namun perlu diperhatikan konsumsi kafein tidak boleh dilakukan secara berlebihan.
Selain dengan mengonsumsi obat - obatan, Anda juga bisa melakukan pengobatan tradisional saat migrain datang, seperti terapi dingin dengan mengompres dahi menggunakan kain dingin, melakukan latihan relaksasi seperti yoga, akupuntur, melakukan pijat terapi dan istirahat secara cukup.
HEALTHLINE
Pilihan editor: Mengapa Migrain Lebih Sering Terjadi pada Wanita