TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis paru dan respirasi di Rumah Sakit Universitas UI (RSUI), Irandi Putra Pratomo, mengingatkan untuk memeriksa kualitas udara secara rutin dan mengurangi aktivitas di luar ruangan saat polusi udara tinggi dan tetap menjalankan protokol kesehatan.
"Kita dapat melakukan pencegahan mulai dari diri sendiri, seperti mencari informasi terkait kualitas udara ketika ingin berkegiatan di luar ruangan dan informasi ini bisa didapatkan melalui aplikasi untuk melihat air quality index," katanya. "Disarankan untuk menggunakan masker dengan standar yang bisa mengurangi hirupan partikel kecil berbahaya yang tidak seharusnya masuk ke dalam tubuh dengan kadar tinggi seperti KN 95 ataupun KF 94."
Bila memungkinkan, saat ini sebaiknya bekerja secara remote atau dari rumah (WFH) namun juga dengan memperhatikan kualitas udara di dalam ruangan. Harus ada ventilasi sehingga dapat mengalirkan udara dari luar ke dalam ruangan dan sebaliknya. Ia menambahkan salah satu cara yang direkomendasikan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) adalah pemasangan penjernih udara, walaupun secara keilmuan masih kontroversial manfaatnya, dalam ikhtiar seperti ini bisa dilakukan.
Ia juga menyarankan bagi yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap dampak polusi udara, seperti punya riwayat penyakit paru, maka dianjurkan untuk kontrol ke dokter untuk mengurangi efek buruk yang ditimbulkan akibat polusi udara dan mendapatkan rekomendasi tambahan obat agar tetap dapat beraktivitas dengan baik.
Hindari merokok
Selain itu, dianjurkan juga untuk menghindari sejumlah kebiasaan buruk yang mengganggu pernapasan dan mengganggu udara lingkungan seperti kebiasaan merokok, baik tembakau maupun elektronik. Hal ini harus dikondisikan untuk tidak memperburuk kualitas udara dan kesehatan pernapasan. Selanjutnya, yang juga perlu diperhatikan dan belum lama ini cukup banyak dibicarakan adalah kebiasaan membakar sampah.
"Kebiasaan ini dapat menghasilkan racun yang lebih banyak ke udara dan sangat berbahaya bagi kesehatan," jelasnya.
Hal lain yang bisa dilakukan secara mandiri adalah memastikan cukup menghidrasi tubuh. Menjaga jumlah cairan yang cukup dapat mencegah terjadinya radang dan membantu menyegarkan tubuh saat suhu udara meningkat karena pengaruh polusi.
"Jadi, biasanya untuk kondisi radang itu akan menimbulkan panas tubuh sehingga kita cenderung dehidrasi dan memerlukan minum yang cukup," tandasnya.
Pilihan Editor: Polusi Udara Masih Buruk, Saran Dokter Paru untuk Bantu Redakan ISPA