TEMPO.CO, Jakarta - Satu dari delapan perempuan di Amerika Serikat terdiagnosis kanker payudara. Namun, masih ada saja mitos seputar penyakit ini menurut pakar.
Kepada Fox News Digital, Dr. Megan Kalambo, pengajar di Departemen Pencitraan Payudara di Pusat Kanker MD Anderson Universitas Texas, menyebutkan kesalahpahaman umum yang masih dipercaya perempuan.
Mitos 1: Penderita selalu menemukan benjolan
Benjolan di payudara memang gejala kanker payudara paling umum. Namun bila tak menemukan benjolan bukan berarti tak menderita kanker payudara.
"Banyak wanita yang didiagnosa kanker payudara tak ada gejala atau tanda sehingga skrining mammogram setiap tahun itu penting. Mammogram sering bisa mendeteksi awal kanker payudara sebelum ada gejala," ujar Kalombo.
Penting untuk menemukan tanda berikut dan memeriksakannya ke dokter:
-Pembengkakan di payudara, ketiak, atau tulang selangka.
-Perubahan kulit seperti penebalan di payudara, kemerahan, bersisik, gatal-gatal, atau pembengkakan (dengan atau tanpa benjolan).
-Perubahan puting atau puting menyusut.
-Nyeri payudara selama 4-6 minggu.
Mitos 2: Memakai bra dan deodoran antiperspiran bisa menyebabkan kanker
"Tak ada bukti ilmiah yang menunjukkan kaitan antara memakai atau tak pakai bra dan munculnya kanker payudara. Begitu pula dengan pemakaian deodoran antiperspiran," jelas Kalombo.
Mitos 3: Gaya hidup tak mempengaruhi risiko kanker payudara
Riwayat keluarga memang bisa menambah risiko kanker payudara, begitu juga gaya hidup. Menjaga berat badan sehat adalah salah satu cara efektif untuk menurunkan risiko.
"Kelebihan atau obesitas, terutama setelah menopause, bisa meningkatkan risiko kanker," ujarnya.
Mitos 4: Hanya menyerang usia lebih tua
Tak hanya wanita, pria juga bisa terkena kanker payudara. Di AS, satu dari 100 laki-laki terdiagnosis kanker payudara.
Pilihan Editor: Kasus Kanker Naik di Kalangan Orang Muda, Jenis Ini yang Paling Banyak