TEMPO.CO, Jakarta - Perfeksionis sikap orang yang ingin segala-galanya sempurna. Perfeksionis cenderung ada gunanya untuk mendorong motivasi. Tapi, besar pula dampak buruknya yang mempengaruhi psikologis dan hubungan sosial.
Perfeksionis mendorong dirir untuk ingin terus unggul yang terkadang cenderung tak realistis atau sesuaia kenyataan. Sikap itu berakibat menimbulkan tekanan dalam diri yang berakibat stres dan gangguan kecemasan.
Dampak Buruk Perfeksionis
1. Kelelahan Emosional
Perfeksionis mempengaruhi kesejahteraan emosional..Orang yang perfeksionis cenderung kecil kemumgkinan untuk mendapat kepuasan dari pekerjaannya. Walaupun perfeksionis bersifat memotivasi, tapi berefek tidak memuaskan sampai mengalami kelelahan fisik maupun mental.
2. Produktivitas Menurun
Seorang perfeksionis ingin segala sesuatunya terorganisasi dengan cara tertentu untuk memungkinkan meraih prestasi. Sikap itu memunculkan konsekuensi dari perfeksionisme yakni penundaan yang menyebabkan penurunan produktivitas. Nanti situasi tersebut berbalik menyebabkan stres dan kerentanan.
3. Masalah Kesehatan Jasmani
Seorang perfeksionis rentan terganggu pola makan. Kebutuhan akan kontrol ketat atas hidup menyebabkan gangguan obsesif kompulsif.
4. Hubungan Sosial Terganggu
Dikutip dari WebMD, sikap perfeksionisme rentan mengganggu hubungan sosial dengan keluarga atau teman. Itu terutama soal standardisasi tinggi terhadap orang-orang. Sikap itu rentan menyebabkan stres dan tekanan dalam menjalin hubungan sosial.
5. Gangguan Kecemasan dan Depresi
Perilaku perfeksionis juga memicu kecemasan dan depresi, karena stres akan menumpuk ketika tidak memenuhi standar tinggi diterapkan untuk diri. Tidak terpenuhinya standar tinggi ini rentan menyebabkan depresi. Beberapa orang juga mengalami kondisi yang disebut dengan perfeksionis emosional yang umumnya orang dengan perilaku ini akan menyembunyikan perasaan cemas dan depresinya.
TIM TEMPO | WEBMD
Pilihan Editor: Suka Menunda Pekerjaan Tak Selalu karena Malas