Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

Reporter

image-gnews
Ilustrasi vaksin difteri. shutterstock.com
Ilustrasi vaksin difteri. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jangan anggap enteng difteri karena bisa cepat menyebabkan kematian. Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes, dr. Ngabila Salama, mengatakan difteri dapat menyebabkan kematian dalam waktu 48-72 jam jika tidak ditangani secara serius.

"Prosesnya cepat, kalau tidak diobati dalam 48-72 jam bisa meninggal. Efektivitasnya bisa mencapai 50-70 persen. Artinya, lima sampai tujuh dari 10 orang yang terkena difteri bisa meninggal," katanya, Senin, 9 Oktober 2023.

Ngabila mengatakan gejala difteri adalah selaput putih di kerongkongan yang menyebabkan kelenjar getah bening membengkak hingga menutupi jalur pernapasan dan menyebabkan orang dapat meninggal dunia. Dia menyebutkan difteri ditularkan melalui droplet atau percikan cairan tubuh yang bisa ditularkan melalui bersin, batuk, dan air liur yang kemudian masuk ke dalam tubuh melalui daerah yang terbuka seperti mata, hidung, dan mulut. Gejala awal difteri seperti batuk dan pilek biasa, yang diikuti demam. Pada tahap selanjutnya muncul sakit saat menelan dan nyeri tenggorokan.

"Kalau sudah stadium parah maka terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan leher menyerupai leher banteng. Kalau sudah begitu, toksin sudah banyak, sehingga jalan napas tertutup dan meninggal," ujarnya.

Pentingnya vaksinasi
Penanganan difteri tidak dapat dilakukan hanya dengan inkubasi atau isolasi secara mandiri seperti penyakit lain karena selaput putih yang menutupi saluran pernapasan tersebut mudah berdarah. Penanganan dengan melubangi leher perlu dilakukan dokter ahli di bidangnya untuk menyelamatkan nyawa pasien. Karena itu, tata laksana penanganan difteri berbeda dari penyakit menular lain, di mana suspek difteri secara langsung tergolong sebagai pasien difteri agar penanganan penyakitnya tidak terlambat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Demikian juga dengan orang di sekitarnya, segera setelah adanya suspek diberlakukan swab dengan kontak erat, pemberian antibiotik selama tujuh hari, dan melengkapi dosis imunisasi difteri," tambahnya.

Untuk itu, Ngabila mengimbau jika menemukan orang dengan gejala tersebut agar melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pertolongan yang lebih cepat. Selain itu, dia juga mengimbau masyarakat melengkapi dosis vaksinasi difteri yang diberikan sebanyak beberapa kali, masing-masing pada bayi usia 2, 3, dan 4 bulan, usia balita (18 bulan), saat menginjak kelas 2 dan 5 Sekolah Dasar, serta booster atau tambahan pada wanita usia produktif (15-39 tahun).

"Imunisasi difteri prinsipnya lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Pada dasarnya, pencegahan serta deteksi dan pengobatan dini adalah kunci mencegah kematian," tandasnya.

Pilihan Editor: Waspadai Gejala Covid-19 Varian Pirola, Jangan Anggap Flu Biasa

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

3 hari lalu

ilustrasi Haji (pixabay.com)
Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.


Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

6 hari lalu

Ilustrasi demensia/Alzheimer. Wisegeek.com
Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

16 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

21 hari lalu

Pekerja bantuan Australian World Central Kitchen (WCK), Lalzawmi
Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza


Sandera Israel Ditemukan Tewas di Gaza, Kerabat Salahkan Pemerintah Netanyahu

21 hari lalu

Elad Katzir. Foto: Al Quds Brigades
Sandera Israel Ditemukan Tewas di Gaza, Kerabat Salahkan Pemerintah Netanyahu

Saudara perempuan Elad Katzir, sandera Israel yang ditemukan tewas di Gaza, menyalahkan pihak berwenang Israel atas kematiannya.


Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

23 hari lalu

Flu Singapura.
Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.


Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

26 hari lalu

Petugas fogging melakukan pengasapan di RW 05, Sunter Agung, Jakarta Utara, Selasa, 8 Agustus 2023. Kegiatan fogging ini sebagai upaya untuk mencegah meluasnya demam berdarah dengue (DBD) di daerah tersebut. Sebelumnya, salah seorang warga di RW 05 terkena DBD. Masyarakat diminta untuk mewaspadai akan ancaman DBD saat musim kemarau dengan tetap menjaga kebersihan dilingkungan tempat tinggal. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

Kasus DBD di Indonesia meningkat hingga Maret 2024, kasus mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa. Perhatikan tips antisipasi dari demam berdarah.


Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

28 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.


7 Tanda yang Biasa Ditunjukkan Orang Menjelang Kematian

30 hari lalu

Ilustrasi kematian. Forbes.com
7 Tanda yang Biasa Ditunjukkan Orang Menjelang Kematian

Pengalaman setiap orang menjelang ajal tak selalu sama. Namun memahami tanda bisa membantu keluarga lebih ikhlas saat kematian menjemput.


Tidak Boleh Diabaikan, Kenali Gejala dan Tanda Awal Kanker Ovarium Berikut

33 hari lalu

Ilustrasi-Ketika kanker ovarium masih dalam tahap awal, yaitu ketika kanker masih terbatas pada ovarium, ada kemungkinan besar untuk berhasil diobati, kata seorang spesialis onkologi. (ANTARA/Shutterstock/mi_viri)
Tidak Boleh Diabaikan, Kenali Gejala dan Tanda Awal Kanker Ovarium Berikut

Kanker ovarium stadium awal biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun, yang dapat menyebabkan diagnosis tidak terjawab.