TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hariyono Winarto, mengatakan pendarahan usai melakukan hubungan intim adalah gejala pertama dan tersering kanker serviks atau leher rahim pada wanita.
"Kalau sudah mulai berdarah pada umumnya sudah menjadi kanker," tuturnya dalam webinar yang digelar RSCM, Jumat, 3 November 2023.
Hariyono menjelaskan human papillomavirus (HPV) penyebab kanker serviks menginfeksi wilayah serviks, menyebabkan sel-sel berubah sifat menjadi lebih agresif dibanding sel normal. Sel-sel yang agresif tadi tumbuh begitu cepat sehingga membentuk benjolan atau massa dan mudah berdarah. Karena itu, pendarahan yang dialami wanita usai hubungan intim menjadi gejala paling khas kanker leher rahim.
"Jadi, sebaiknya sebelum ada pendarahan, semua wanita memeriksakan diri ke puskesmas, apakah dengan tes IVA atau tes HPV untuk melihat apakah sudah mulai ada infeksi HPV," sarannya.
Selain itu, keputihan dengan aroma tak sedap juga bisa jadi gejala kanker leher rahim. "Yang paling khas itu pendarahan pascahubungan suami istri. Selain itu keputihan berbau tidak enak. Kita mesti waspada meskipun belum tentu. Kadang-kadang keputihan saja, tetapi kalau diperiksa bisa juga karena infeksi," jelasnya.
Mudah terserang virus
Hariyono juga mengatakan leher rahim termasuk salah satu lokasi tubuh yang memiliki sel-sel berubah sehingga lebih mudah terkena penyakit karena virus seperti HPV. Penularan HPV biasanya melalui kontak seksual. Ia mengingatkan yang sering berganti-ganti pasangan lebih mudah terkena HPV.
"Kalau memang menginfeksi wanita, layaknya virus lain seperti influenza, virus ini belum tentu ada gejala. Tetapi kalau sistem imun enggak begitu bagus, maka dia bisa berkembang dan menimbulkan kerusakan di leher rahim," jelasnya.
Durasi sejak infeksi hingga menjadi kanker sangat bervariasi. Beberapa literatur menyebut 3-20 tahun, 3-15 tahun, dan 5-15 tahun, tergantung kondisi wanita yang terinfeksi HPV. Orang dengan sistem kekebalan tidak begitu baik lebih cepat mengembangkan kanker serviks. Kemudian apabila ada kecurigaan ke arah keganasan di leher rahim maka dokter bisa meminta wanita itu melakukan biopsi untuk memastikan ada tidaknya kanker.
"Biasanya untuk konfirmasi adalah periksa dalam, harus dilihat leher rahimnya. Setelah itu bervariasi, kalau masih meragukan diberikan cairan atau bisa juga diusulkan dokter untuk dikuret karena misalnya lesi ditakutkan tersembunyi di leher rahim bagian dalam," jelas Hariyono.
Pilihan Editor: Awas, Keputihan Bisa Memicu Kanker Serviks. Jangan Abaikan