TEMPO.CO, Jakarta - Madu memiliki rasa yang manis dan dikenal bermanfaat banyak bagi kesehatan. Akibatnya, wajar bayi diberikan asupan madu. Namun, para ahli merekomendasikan untuk bayi mengonsumsi madu setelah 12 bulan kelahiran.
Aturan makanan ini juga berlaku untuk semua makanan atau minuman yang mengandung madu. Sebab, risiko utama memberikan madu terlalu cepat pada bayi berusia di bawah 12 bulan adalah mengalami botulisme.
Dilansir dari Britannica, masalah dengan memberi makan madu kepada bayi berasal dari mikrobioma (berbagai mikroorganisme) yang sedang berkembang, seperti bakteri dan arkea.
Mikrobioma tersebut hidup di dalam tubuh manusia dan yang membantu mengatur pola makan dan memengaruhi banyak fungsi tubuh. Sebelum bayi mencapai usia satu tahun, bakteri pada usus tidak cukup berkembang untuk menghentikan bakteri berbahaya yang menginfeksi tubuh.
Salah satu bakteri berbahaya bagi bayi adalah Clostridium botulinum yang berpotensi beracun. Selain itu, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 1998, sekitar 25 persen produk madu telah ditemukan mengandung spora Clostridium botulinum.
Spora ini akan berubah menjadi bakteri di usus dan menghasilkan neurotoksin berbahaya dalam tubuh. Bayi pun mengalami botulisme yang menjadi kondisi penyakit serius.
Selain madu, ada pemanis cair lainnya yang memiliki risiko peningkatan botulisme terhadap bayi. Pemanis cair itu antara lain molase dan sirup jagung. Beberapa dokter pun tidak merekomendasikan memberikan pemanis kepada bayi sampai setelah ulang tahun pertama. Sebab, bayi akan rentan terkena botulisme.
Botulisme bayi dapat dikenali dengan beberapa gejala yang menyertainya. Bayi akan mengalami mudah tersinggung (perasaan sensitif), kesulitan bernapas, atau sering menangis. Bahkan, beberapa bayi juga akan mengalami kejang.
Gejala botulisme biasanya muncul dalam waktu 12-36 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Biasanya, gejala kerap diawali dengan bayi yang mengalami sembelit. Namun, beberapa bayi dengan botulisme mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda sampai 14 hari setelah terpapar bakteri.
Dikutip dari Healthline, terdapat beberapa gejala botulisme lain yang dialami bayi, seperti lesu dan mudah marah. Namun, gejala menjadi diagnosis dari penyakit lain, seperti sepsis atau Meningoensefalitis. Akibatnya, penting untuk memberi tahu dokter bayi, jika telah makan madu. Sebab, bayi akan mendapatkan diagnosis yang tepat untuk memastikan perawatan sesuai kebutuhan.
Kendati demikian, tidak ada efek jangka panjang dari bayi yang mengonsumsi madu sehingga mengalami botulisme. Sebab, dokter menyediakan perawatan untuk gejala yang mengancam jiwa dengan cepat.
Sebagian besar bayi pun membuat pemulihan yang cepat setelah menerima antitoksin. Meskipun tidak memiliki dampak berkelanjutan, tetapi cara terbaik untuk menghindari bakteri tersebut adalah hindari bayi mengonsumsi madu sampai berusia 1 tahun.
Pilihan Editor: Inilah Sederet Khasiat Madu yang Perlu Diketahui