Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Women From Rote Island Menang FFI 2023, Kain Tenun Ikat dari Pulau Rote Mendapat Perhatian

image-gnews
Women from Rote Island. Foto: Youtube.
Women from Rote Island. Foto: Youtube.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Film Women from Rote Island berhasil meraih penghargaan prestisius sebagai Film Cerita Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia atau FFI 2023. Prestasi ini bukan hanya tentang sinematografi, tetapi juga menjadi pencerminan kekayaan budaya dan keindahan tradisi yang terwujud, salah satunya dalam pakaian khas Pulau Rote.

Seiring dengan gemerlapnya panggung FFI 2023, kain tenun ikat Pulau Rote yang dikenakan para pemain dan kru film tersebut mendapat sorotan sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat Rote Ndao. Dengan kemampuannya merenda warna dan cerita dalam serat kain, karya seni ini menjadi lambang identitas budaya yang menginspirasi sektor industri kreatif secara luas.

Asal Usul Kain Tenun Ikat

Kain tenun ikat merupakan seni tenun yang kaya akan warna dan corak yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Nusantara. Menurut salah satu artikel dalam Research Gate, dokumentasi dari pulau Jawa menunjukkan bahwa kain tenun ikat telah ada sejak abad ke-10.

Istilah "Tenun Ikat" pertama kali diperkenalkan oleh ahli etnografi Belanda, G.P. Rouffaen, sekitar tahun 1900. Rouffaen menjelajahi teknik pembuatan ragam hias, memahami proses ikatan, dan menciptakan pola ragam hias sesuai dengan ikatan benang. "Ikat", istilah Melayu yang dipinjamnya, membentuk istilah yang kita kenal hari ini, yaitu "Tenun Ikat".

Pada zaman prasejarah, Nusantara telah mengenal tenunan dengan corak yang dibuat melalui teknik ikat lungsi. Daerah-daerah seperti pedalaman Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur menjadi pusat pengembangan corak tenun yang kompleks.

Para ahli menduga bahwa kemampuan ini dimiliki oleh masyarakat zaman perunggu, sekitar abad ke-8 hingga abad ke-2 sebelum Masehi. Masyarakat tersebut tidak hanya mahir membuat alat tenun, tetapi juga menguasai seni mengikat benang dan teknik pencelupan warna, menciptakan tradisi tenun ikat yang kaya.

Aspek mendasar dari teknik tenun ikat adalah mengikat sebagian benang sehingga tidak terkena pewarnaan saat dicelup. Bagian yang terikat akan mempertahankan warna semula, menciptakan pola yang indah dan unik.

Teknik ini memiliki keunikan tersendiri dan memperkaya ragam hias tekstil Nusantara. Pengenalan teknik ikat ke Eropa pada tahun 1880 oleh Prof. A.R. Hein membawa istilah "ikat" menjadi populer di kancah internasional. Sejak itu, seni tenun ikat menjadi simbol keberagaman budaya Indonesia yang dihargai di seluruh dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kain Tenun Ikat Khas Pulau Rote

Industri tenun ikat berkembang pesat di Kabupaten Rote Ndao, terutama di Desa Ndao, Kecamatan Rote Barat, dengan 197 unit usaha dari total 215 unit usaha di seluruh kabupaten. Sentra-sentra industri seperti Ndao, Janur Kuning, Della, Faifua, Onatali, Edalode, dan Serubeba menjadi saksi perkembangan pesat industri ini.

Menurut artikel dari Jurnal Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), tenun ikat khas Pulau Rote seperti seni merenda kain, berasal dari serat daun gewang muda atau hakenak. Pada masa lalu, sebelum kapas ditanam di Rote atas perintah Belanda melalui cultur stelsel, penduduk Rote membuat busana dari serat daun gewang muda.

Motif-motif berkembang seiring dengan kehadiran kapas dan penggunaan benang. Ketika kaum bangsawan menciptakan kain bermotif, rakyat jelata menenun kain polos yang kemudian diwarnai hitam. Lambi Tei, dengan peran dominan dalam berbagai acara adat dan menjadi penanda kedewasaan perempuan, menjadi kebanggaan setiap marga di Pulau Rote.

Warna hitam-putih, ciri khas tenun ikat Rote, dihasilkan dari benang yang direndam dalam lumpur di danau tempat berkubangnya hewan selama berbulan-bulan. Proses selanjutnya melibatkan pama’a, yaitu kulit buah nitas yang dibakar dan abunya direndam.

Keberlanjutan teknik ini tidak hanya menciptakan kain berwarna unik tetapi juga menggambarkan keindahan alam Pulau Rote yang menjadi inspirasi utama dalam proses merenda kain.

Pilihan Editor: Women From Rote Island Film Terbaik FFI 2023, Apa Saja Destinasi Wisata di Pulau Rote?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

8 jam lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

ITB siap 100 persen menggelar UTBK SNBT 2024.


Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

17 jam lalu

Ketua RT8/RW4 Kelurahan Malaka Jaya, Taufiq Supriadi, ketika ditemui Tempo pada Senin, 22 April 2024.
Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).


Angkat Tenun Bima, Festival Rimpu Mantika jadi Daya Tarik Turis Mancanegara

23 jam lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengunjungi sentra Tenun dalam Festival Rimpu Mantika Sabtu 27 Apri 2024.
Angkat Tenun Bima, Festival Rimpu Mantika jadi Daya Tarik Turis Mancanegara

Festival Rimpu Mantika tidak hanya pawai semata, selain tradisi busana, juga disuguhkan kekayaan keindahan budaya Bima dan ekonomi kreatif.


Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

1 hari lalu

Puluhan ribu orang mengikuti pawai rimpu dalam Festival Rimpu Mantika di Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 27 April 2024 (TEMPO/Akhyar M. Nur)
Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

Pawai rimpu merupakan acara puncak dari Festival Rimpu Mantika Kota Bima 2024.


Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

1 hari lalu

Kain tenun tembe mee Donggo  yang berusia puluhan tahun dan diwariskan turun-temurun (TEMPO/Akhyar M. Nur)
Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.


Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

2 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pemaparan saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 7 November 2023. Rapat tersebut membahas isu faktual Penanganan korban Gangguan Ginjal Akut (GGAPA), penanganan penyakit menular di Indonesia seperti dengue, tuberkulosis, monkey pox, hepatitis, dan penanganan penyakit tidak menular seperti kesehatan jiwa, diabetes, dan kanker, serta penanganan beberapa kasus malpraktik di rumah sakit. TEMPO/M Taufan Rengganis
Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Pemilihan Budi Gunadi Sadikin itu berlangsung secara musyawarah untuk mufakat dalam rapat pleno perdana MWA ITB di Gedung Kemenristekdikti.


Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

5 hari lalu

Ilustrasi kampus ITB.Instagram
Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian perkiraan biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri ITB tahun akademik 2024


Film Festival Kurang Populer, Ario Bayu Tak Bisa Salahkan Selera Publik

6 hari lalu

Ario Bayu. (Tempo/Thea Fathanah)
Film Festival Kurang Populer, Ario Bayu Tak Bisa Salahkan Selera Publik

Penyelenggaraan FFI dapat memberdayakan produksi film lokal Indonesia dan membuka ruang bagi film festival agar lebih dikenal.


Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

6 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.


Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

8 hari lalu

Aktivitas pelayanan nasabah Taspen di Jakarta, Kamis 31 Agustus 2023. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) Persero membukukan nilai investasi lebih tinggi sekitar 20% dari hasil investasi rata-rata industri sejenis dalam beberapa tahun terakhir. Tempo/Tony Hartawan
Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.