TEMPO.CO, Jakarta - Popularitas Jamu sebagai minuman herbal tradisional dari Indonesia semakin populer. Jamu telah ditetapkan sebagai warisan buda yatakbenda oleh UNESCO. Dilansir dari dari laman indonesia.go.id, tradisi minum jamu sudah ada sejak 1.300 M. Saat itu, jamu dibuat dengan memanfaatkan tanaman herbal di sekitar. Terdapat banyak jenis jamu dari berbagai bahan.
Jamu bahkan sudah menjadi tradisi minuman sejak berkembangnya masa kerajaan di Indonesia. saat itu, para wanita berperan dalam meracik jamu sedangkan para pria berperan dalam pencarian bahannya. Jamu dipercaya memberikan energi tambahan untuk berperang serta mempertahankan wilayah kekuasaan.
Jamu berasal dari gabungan dua kata, yakni 'Jawa' yang bermakna berasal dari Jawa, serta 'ngraMu' yang berarti meracik bahan-bahan.
Dilansir dari jalurrempah.kemdikbud.go.id, disinyalir asal jamu dari tinggalan Kerajaan Mataram yang dibuktikan dengan munculnya sebutan Acaraki (pekerja yang meracik jamu) pada suatu Prasasti Madhawapura. Lambat laun, penikmat jamu menyebar ke masyarakat awam dengan maraknya penjual jamu gendong yang didominasi oleh wanita.
Pemerintahan era Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menetapkan jamu sebagai kearifan lokal sekaligus menjadikan Hari Jamu Nasional sejak 27 Mei 2008 silam. Diacu dari dinkes.mojokertokab.go.id, banyak jamu yang bisa menggantikan fungsi obat sekaligus menyegarkan tubuh. Seperti halnya temulawak, kunyit, beras kencur, wedang uwuh, wedang jahe dan sebagainya.
Sejak munculnya hari jamu tersebut, kedai-kedai penjual jamu pun bermunculan di Indonesia dan cukup populer. Hingga saat ini pun jamu masih menjadi budaya minuman herbal yang bahkan telah diresmikan oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda Indonesia pada 6 Desember 2023 lalu.
Pilihan Editor: Ini Alasan Jamu Ditetapkan jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO