TEMPO.CO, Jakarta - Dinamika sosial yang terus berkembang, muncul istilah "Social Justice Warrior" atau SJW yang menjadi sorotan. Awalnya istilah ini mencirikan individu yang gigih memperjuangkan isu-isu publik, namun bagaimana perkembangannya?
Apa Itu SJW?
Social Justice Warrior merupakan istilah yang mengacu pada orang-orang yang berjuang untuk isu-isu seperti keadilan sosial, isu lingkungan, dan gender. Mereka menyuarakan pandangan progresif dalam aspek sosial dan seringkali berusaha melawan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan isu-isu lingkungan.
Menurut salah satu artikel dari Jurnal Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, meskipun tujuan mereka terdengar positif, nilai-nilai progresif yang mereka anut seringkali berbeda secara radikal dari nilai-nilai dominan dalam masyarakat. Akibatnya, mereka yang disebut sebagai social justice warriors sering kali memicu kontroversi.
Sebagaimana dikutip dari Cambridge Dictionary, SJW diartikan sebagai cara yang menghina atau merendahkan untuk merujuk pada seseorang yang sering mengomentari hal-hal yang mereka anggap seksis, rasis, tidak adil, dan lain-lain, terutama di internet atau media sosial.
Dengan kata lain, menyebut seseorang sebagai SJW menyiratkan bahwa penyebutnya menganggap orang yang ditunjuk adalah pengguna internet yang tidak masuk akal, bermusuhan, dan mementingkan diri sendiri dengan agenda progresif.
Asal Mula Istilah SJW
Istilah SJW atau pejuang keadilan sosial awalnya digunakan untuk merujuk pada individu yang secara aktif dan vokal berjuang untuk keadilan sosial. Namun, seiring waktu, istilah ini mengalami pergeseran makna dan kemudian digunakan sebagai kata ejekan untuk mencela individu yang dianggap terlalu agresif atau ekstrem dalam memperjuangkan tujuan sosial mereka.
Dikutip dari Foundation for Economic Education, seseorang sebagai pejuang keadilan sosial hanyalah sebuah deskripsi, dan dalam beberapa kasus, bahkan sebuah pujian dan tidak selalu bermakna buruk. Aktivis serikat pekerja Kanada Michel Chartrand adalah orang pertama yang digambarkan sebagai pejuang keadilan sosial pada 1991. Sejak saat itu hingga 2008, kata tersebut jarang sekali muncul di surat kabar dan artikel.
Contoh lainnya adalah pada 1998, The Register Guard menggambarkan salah satu anggota terkemuka dari Homeless Action Coalition sebagai pejuang keadilan sosial. Dan pada 2008, Vanessa Green (Direktur Pendidikan Multikultural untuk Hope College) dan penyanyi Mavis Staples disebut sebagai pejuang keadilan sosial.
Pergeseran makna merendahkan para SJW terjadi di lingkungan online pada pertengahan 2010-an. Sejak saat itu, istilah ini mulai digunakan dengan konotasi negatif oleh sebagian orang yang merasa gerakan kesetaraan dan keadilan sosial terlalu ekstrem dan dogmatis.
Secara sederhana, konotasi negatif pertama terhadap social justice warriors muncul ketika orang mencari kata untuk menjelaskan mereka yang terlibat dalam debat keadilan sosial dengan motif yang kurang tulus, seperti untuk meningkatkan reputasi mereka.
Dikutip dari Urban Dictionary, SJW merupakan istilah untuk mendefinisikan pejuang keadilan sosial. Mereka adalah kelompok yang mencerminkan nada ironis postmodernisme.
Istilah ini semakin populer saat skandal Gamergate meletus pada 2014. Peristiwa ini erat kaitannya dengan mempertanyakan etika jurnalisme game dan peran perempuan dalam industri game yang tradisionalnya didominasi oleh pria. Skandal ini berdampak besar pada industri game dan tetap kontroversial hingga hari ini.
Sementara istilah ini awalnya mencirikan mereka yang berjuang untuk keadilan sosial, kini sering digunakan untuk merendahkan dan mengejek individu yang dianggap terlalu keras dalam penerapan nilai-nilai progresif mereka. Istilah ini kemudian berkembang menjadi alat retorika yang digunakan untuk merendahkan atau menolak pandangan dan tindakan yang dianggap terlalu militan dalam memperjuangkan keadilan sosial.
Secara umum, istilah SJW mencerminkan polarisasi dalam diskusi mengenai isu-isu sosial dan keadilan. Meskipun digunakan oleh sebagian untuk mencela dan merendahkan, penting untuk memahami bahwa pendekatan ini juga dapat menghambat dialog konstruktif mengenai perubahan sosial dan keadilan.
Pilihan Editor: Dandhy Dwi Laksono Pendiri Watchdog yang Dipolisisikan Repdem - PDIP