TEMPO.CO, Jakarta - Para pekerja yang berusia 35 tahun dan akan pensiun di usia 55 tahun mungkin ingin tahu berapa dana pensiun yang perlu disiapkan agar bisa mandiri dari sisi keuangan saat pensiun hingga usia 75 tahun sehingga tak menyusahkan anak-anak atau keluarga. Perencana keuangan bersertifikat OneShildt Agustina Fitria, dalam Kelas Finansial Jenius: “Financial Check-Up untuk Wujudkan Keuangan yang Lebih Sehat” di Jakarta, Kamis, 21 Desember 2023, mengatakan apabila biaya hidup saat berusia 35 tahun sekitar Rp 5 juta dan terpengaruh inflasi maka biaya hidupnya saat pensiun bisa menjadi Rp 10,9 juta.
Lalu berapa dana yang dibutuhkan hingga usia 75 tahun? "Gaya hidupnya masih sama, misalnya sekarang senang makan di warung A, seterusnya di situ. Untuk hidup dari usia 55 tahun hingga 75 tahun dibutuhkan biaya Rp2,2 miliar," ujarnya.
Menurut Fitria, untuk mencapai dana Rp 2,2 miliar, orang bisa memilih antara menabung atau berinvestasi. Apabila pilih menabung maka uang yang harus disetorkan setidaknya setara inflasi, yakni Rp 6 juta per bulan.
"Berarti dia harus punya income Rp 5 juta tambah Rp 6 juta, yakni Rp 11 juta kalau dia baru prepare di usia 35 tahun," jelas Fitria.
Tetapi, bila pilihannya investasi, misalnya dengan imbal hasil 6 persen maka perkiraan uang yang perlu disiapkan sekitar Rp 4,8 juta per bulan. "Jadi, sebenarnya akan lebih bagi investasi karena jangka waktunya panjang, 20 tahun. Kalau menabung saja akan berat. Dengan tahu bahwa kita harus investasi segini berarti harus punya penghasilan harus Rp 9,8 juta per bulan," papar Fitria.
Selain melakukan perhitungan manual, saat ini ada aplikasi yang bisa digunakan, misalnya yang memiliki fitur kalkulator dana hari tua. Kita perlu mengisi besar biaya hidup, usia saat ini, misalnya 35 tahun, usia pensiun 55 tahun, asumsi investasi 6 persen dan inflasi 4 persen maka hasilnya dana pensiun yang dibutuhkan Rp 2,2 miliar.
Lalu, bagaimana bila usia harapan hidup ternyata melebihi 75 tahun atau di luar perkiraan? Menurut Fitria, di situlah gunanya aset aktif seperti rumah yang dikontrakkan karena aset tetap ada sehingga bisa terus memberikan pendapatan.
Di sisi lain, cobalah memanfaatkan jaminan hari tua (JHT) yang difasilitasi tempat bekerja. Orang yang sudah bekerja sejak usia 25 tahun, contohnya, diperkirakan saldo JHT sudah mencapai Rp 40 juta di usia 35 tahun. Apabila memilih investasi dengan imbal hasil 6 persen maka setoran berkala bisa menjadi Rp 4,5 juta atau lebih rendah dari sebelumnya saat dia tak memasukkan JHT, yakni Rp 4,8 juta.
"Kalau punya aset lain, misalnya tanah warisan, bisa jadi sumber hidup pensiun nanti. Bisa dijual, disewakan, atau kalau itu sawah bisa menghasilkan panen setiap tiga bulan, misalnya," kata Fitria.
Jangan lupakan risiko
Dalam hidup selalu ada risiko seperti inflasi yang pada saat tinggi akan menyebabkan risiko pada finansial sehingga biaya akan naik. Selain itu, ada juga risiko kesehatan, sakit berat atau ringan, yang mengharuskan sering berobat. Kondisi itu juga akan menguras arus kas atau laporan keuangan sehingga orang butuh persiapan dana.
"Kemudian, punya aset hilang atau rusak. Misalnya rumah tapi rusak. Kalau biaya besar sebaiknya kita alihkan ke asuransi. Tapi kalau bisa ditanggung sendiri, kita siapkan pakai dana darurat," ujar Fitria.
Dia menyimpulkan demi mencapai tujuan keuangan maka orang harus terus meningkatkan pendapatan dan sebisa mungkin lebih tinggi dari inflasi. Selanjutnya, lakukan investasi, juga proteksi, karena investasi tidak akan berjalan tanpa pendapatan.
"Jangan lupa disiplin. Supaya disiplin kita harus punya alasan kuat mengapa harus melakukan perencanaan keuangan. Misalnya, ingin saat pensiun tidak mau merepotkan anak," ungkap Fitria.
Pilihan Editor: Masuki Usia Pensiun Jangan Buru-Buru Ubah Hidup Anda, Ini Tinjauan Psikologisnya