TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan yoghurt di Amerika Serikat bisa mengklaim bahwa produk yang mereka jual dapat mengurangi risiko penyakit Diabetes Tipe 2 berdasarkan bukti terbatas. Hal ini sesuai dengan persetujuan yang dikeluarkan oleh Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada Jumat, 1 Maret, 2024.
Dilansir dari situs channelnewsasia.com, FDA sepakat bahwa ada beberapa bukti yang dapat memperkuat pernyataan bahwa mengonsumsi setidaknya dua cangkir yoghurt per minggu dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit yang menyerang sekitar 36 juta orang Amerika itu.
Badan ini disebut telah mengizinkan klaim kesehatan yang memenuhi syarat (klaim yang tidak memiliki dukungan ilmiah penuh tetapi diperbolehkan selama ada penyangkalan agar tidak menyesatkan konsumen) untuk suplemen makanan sejak tahun 2000 dan makanan sejak tahun 2002.
Sebelumnya, FDA telah menghadapi tuntutan hukum yang menentang standar yang mengharuskan adanya perjanjian ilmiah berdasarkan klaim bahwa lembaga tersebut melanggar jaminan kebebasan berpendapat.
Untuk yoghurt, Danone North America, perusahaan asal Perancis cabang AS yang mereknya meliputi yoghurt Dannon, Activia, dan Horizon Organics, meminta klaim kesehatan yang memenuhi syarat pada tahun 2018.
Mereka menyampaikan informasi dari penelitian yang mengamati partisipan dari waktu ke waktu dan menemukan hubungan antara mengonsumsi yoghurt dan penanda diabetes yang lebih rendah.
FDA setuju bahwa "ada beberapa bukti yang dapat dipercaya" tentang manfaat dari mengonsumsi yoghurt sebagai makanan secara keseluruhan, tetapi bukan karena nutrisi tertentu di dalamnya.
Sementara itu, para kritikus tidak sependapat mengenai hal tersebut. Kelompok advokasi Center For Science In The Public Interest menyebut tidak ada satu pun makanan yang dapat mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan pola makan secara keseluruhan.
Mereka juga mengatakan bahwa perubahan label dapat meningkatkan risiko diabetes dengan mendorong konsumsi yoghurt, termasuk jenis-jenis yang mengandung gula tambahan dan campuran seperti biskuit dan pretzel.
Marion Nestle, pakar kebijakan pangan, bahkan menyebut klaim kesehatan yang memenuhi syarat berdasarkan bukti terbatas adalah “konyol”.
Disisi lain, studi terbaru yang dipimpin oleh peneliti Harvard School of Public Health (HSPH) menemukan bahwa konsumsi yogurt yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko Diabetes Tipe 2.
Dilansir dari situs hsph.harvard.edu, dikatakan bahwa pada bentuk produk susu lainnya tidak ditemukan memberikan perlindungan serupa.
Berdasarkan data penelitian yang melibatkan lebih dari 100.000 peserta dalam tiga penelitian jangka panjang, peneliti menemukan bahwa satu porsi yogurt setiap hari dapat dikaitkan dengan risiko Diabetes Tipe 2 yang 18% lebih rendah.
Namun, profesor nutrisi dan epidemiologi Frank Hu mengatakan bahwa mekanisme di balik temuan ini belum dipahami dengan baik saat ini. Sehingga perlu didalami lagi dengan menguji hipotesis yang ada secara klinis.
Terlepas dari pro kontra yang ditimbulkan, tak bisa dipungkiri bahwa yoghurt memang memiliki beragam manfaat bagi kesehatan sehingga selalu menjadi produk yang populer di masyarakat.
Pilihan editor: Inilah Makanan yang Perlu Dikonsumsi Setelah Olahraga