TEMPO.CO, Jakarta - Tidak terpikir oleh pelaku UMKM dengan brand Mouva bahwa mereka bisa menarik hati masyarakat negeri tetangga, Malaysia dan Singapura. "Kami melihat peluang yang ada, dan kebetulan kesempatan yang terbuka adalah Malaysia dan Singapura," kata Manager Mouva Dede Setiawan kepada Tempo pada 5 Maret 2024.
Brand Mouva berusia masih sangat muda. baru 9 bulan. Namun di negeri Malaysia, ia sudah berhasil menjual 10 ribuan produk dalam 2 bulan terakhir. Sedangkan di Singapura, ia sudah berhasil menjual 4,8 produk. "Di Indonesia, penjualan mereka Indonesia sekitar 6 ribu produk dalam dua bulan terakhir," kata Dede.
Brand Mouva bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) konveksi di Kota Bandung. Nama Mouva sendiri bermakna wanita dengan keanggunan. Mouva cukup baru di dunia fashion Muslim Indonesia itu. Mouva pun sebenernya dirintis oleh seorang ibu yang memiliki 3 anak dari Kota Bandung, Jawa Barat, Meity Prihatini.
Meity Prihatini mulai menjalankan bisnis hijab pada 2023. Ia akhirnya memberanikan diri membuat hijab untuk dijual secara daring. Baginya, bisnis hijab bisa menambah nilai sedekah. Hijab juga dinilainya tidak akan memberatkan pelanggan. "Hijab juga akan membuat wanita muslim lainnya nyaman," kata Meity.
Awal mulai merintis usaha, Meity mencoba metode riset dan marketing ke beberapa brand fashion muslim sebagai bahan referensi. Selain hijab, ia pun akhirnya memproduksi mukena, blouse amara, dan pants flare.
Soal pemasaran, produk Mouva dipasarkan melalui media sosial Instagram yang mendapatkan feedback positif dari masyarakat. Meity menyambutnya dengan memperluas media pemasaran, yaitu melalui aplikasi WhatsApp dan berbagai platform e-commerce.
Melihat pemasaran di Indonesia sudah makin maju, Meity berupaya memperkuat lini pemasaran secara digital (digital marketing). Dengan tim digital marketing, Mouva mempunyai situs web sendiri dan mengembangkan penjualan secara online.
Dengan minat dan tekad sendiri, Mouva terus berkembang dan mendorong mereka untuk memperluas jaringan ke Malaysia dan Singapura. Dede mengatakan ia sempat mengikuti beberapa kali pertemuan business matching. Terakhir mereka mengikuti acara yang diselenggarakan KBRI Malaysia. Dari situ lah berbagai pintu peluang terbuka lebar. Ada banyak rekanan yang menawarkan kerja sama dengan dengan Mouva. Mereka bahkan sudah membuka toko offline di Malaysia.
Model Favorit
Memiliki pelanggan di Malaysia dan Singapura, menambah tantangan bagi Meity, Dede dan juga semua timnya. Salah satu yang terasa adalah dengan mengetahui gaya atau tren masing-masing daerah. Dede bercerita selera mode para pelanggan dari Malaysia ternyata sangat menyukai kerudung atau mukena polos. "Mereka tidak terlalu banyak renda, seperti di Indonesia. Mereka suka polos, dan pemanisnya, kami pakai bahan silk untuk menambah kemewahannya," kata Dede.
Bagi pelanggan dari Singapura, Dede biasanya menyiapkan produk dengan kualitas nomor satu. Biasanya pengguna kerudung masyarakat Singapura tidak tertutup rapat seperti pengguna kerudung mayoritas Indonesia. Walau begitu, para pelanggan Singapura cukup banyak yang menyukai atasan yang tertutup.
Dede berharap akan ada lebih banyak brand lokal Indonesia yang memperluas pasar mereka di tingkat internasional. "Selain itu, kami harap Mouva bisa menjadi wadah buat berbagi pahala kepada masyarakat, selain hanya untuk ambil keuntungan (dari pelanggan)," kata Dede.
Pilihan Editor: Teten Minta Permudah Sertifikasi Halal UMKM, Ada Jalur Hijau Makanan Berbahan Halal