Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siklus KDRT Berulang tapi Enggan Berpisah atau Tinggalkan Pasangan, Psikolog Sebut Alasannya

Reporter

image-gnews
Ilustrasi KDRT/Canva Premium
Ilustrasi KDRT/Canva Premium
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merujuk Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 

Sering korban merasa tidak tahan, namun masih sayang. Tak ingin berpisah, tetapi ingin pasangan berubah. Begitulah muatan emosi kompleks dan nuansa kebingungan yang biasa dirasakan korban KDRT. Tenaga ahli psikolog klinis Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA) DKI Jakarta, Noridha Weningsari, mengatakan kebingungan semacam ini menjadi salah satu karakter khas korban yang akhirnya membuat terperangkap dalam siklus KDRT.

Dalam KDRT biasanya terjadi siklus berulang yang diawali fase ketegangan. Pada fase ini ada ketegangan, terjadi pertengkaran, korban merasa ketakutan. Fase selanjutnya yakni ledakan kekerasan, misalnya korban mendapatkan kekerasan fisik, psikis, seksual, atau penelantaran. 

Biasanya setelah itu ada fase rekonsiliasi. Pada fase ini pelaku biasanya minta maaf, memberi alasan sedang emosional, dan sebagainya hingga kemudian memasuki fase bulan madu atau periode tenang tanpa pertengkaran.

Kergantungan pada pasangan
Menurut Noridha, korban kekerasan seringkali melaporkan kondisi ke polisi atau lembaga perlindungan pada fase ledakan. Tetapi setelah memasuki fase rekonsiliasi dia mencabut laporan karena korban bingung mau melepaskan diri atau tidak pada situasi kekerasan yang dialami. 

Di sisi lain, ada kekhasan antara korban dan pelaku, seperti relasi yang menggantungkan hidup pada pasangan sehingga punya harapan cukup tinggi dan ini mempengaruhi korban melihat masalah dan menyelesaikannya. Ini yang sering kali membuat korban tidak bisa melihat masalah secara objektif sehingga sulit mengambil keputusan.

Sebenarnya, konflik dalam rumah tangga merupakan hal manusiawi dan wajar karena biasanya didasarkan kesetaraan dalam relasi. Dalam hal ini, pasangan sama-sama sadar untuk mengatasi konflik perlu semacam keterlibatan kedua belah pihak, bukan justru melakukan kekerasan.

Sementara itu, tidak demikian dengan kekerasan, termasuk KDRT. Dalam KDRT, seringkali salah satu pihak dalam posisi tidak setara. Karena itu, saat ada masalah digunakan cara sepihak dan seringkali bentuknya berupa kekerasan. Apa dampaknya bagi korban? 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Noridha, biasanya meliputi bingung, sulit mengambil keputusan, secara fisik ada luka, mengalami perubahan sikap menjadi lebih negatif, sedih, ketakutan, dan menyebabkan hubungan korban dengan teman atau keluarga terganggu. Walau begitu, ada korban yang memilih bertahan. Noridha berpendapat ini bukan karena dia tidak sadar hubungan penuh kekerasan tetapi ada kompleksitas sendiri, keruwetan, kebingungan sehingga korban sulit melepaskan diri.

Korban masih berharap pasangan berubah, ingin menyelamatkan pernikahan, lalu secara emosi, ekonomi, dan sosial bergantung pada pelaku, minim dukungan dari lingkungan sekitar, emosi negatif kuat bercampur, belum lagi pelaku menyalahkan korban.

Noridha mengatakan mendiamkan dan pasrah bukan pilihan terbaik karena semakin lama KDRT didiamkan maka risiko kefatalan dan dampak yang kompleks akan semakin kuat dirasakan korban. Selain itu, kekerasan bukan cara komunikasi dan tidak ada satu orang pun yang berhak mendapatkan kekerasan dengan alasan apapun.

Dia mengajak masyarakat, khususnya korban, mengevaluasi hubungan dengan pasangan, terutama terkait kekerasan fisik berulang dan upaya konkret untuk mengubah perilaku pelaku, misalnya dengan menjalani konseling perubahan perilaku atau konseling pasangan.

"Kalau (upaya konkret perubahan perilaku) ini tidak ada, bisa jadi perpisahan dapat menjadi opsi," katanya.

Pilihan Editor: 10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Merasa Terjebak dalam Hubungan Tak Bahagia? Bulatkan Tekad untuk Pergi

6 jam lalu

Ilustrasi pasangan. dailymail.co.uk
Merasa Terjebak dalam Hubungan Tak Bahagia? Bulatkan Tekad untuk Pergi

Merasa terjebak dalam hubungan tak bahagia? Berikut tanda Anda harus mengakhiri hubungan karena sudah tak mungkin diperbaiki.


Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

1 hari lalu

Ilustrasi pernikahan. Shutterstock
Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.


Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

1 hari lalu

Ilustrasi anak bermain game online (pixabay.com)
Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

Game online yang mengandung konten kekerasan berpotensi merusak moral anak bangsa di masa depan sehingga perlu diblokir.


Persoalan yang Bisa Muncul Akibat Menikah karena Dijodohkan

3 hari lalu

Ilustrasi suami istri konsultasi ke dokter. redrockfertility.com
Persoalan yang Bisa Muncul Akibat Menikah karena Dijodohkan

Perjodohan memang tak selalu berjalan mulus apalagi bila tanpa cinta. Berikut beberapa persoalan yang bisa muncul bila menikah karena dijodohkan.


Cerita Vanny Rosyane Korban KDRT Pejabat Kemenhub, Disekap hingga Dihantam Koper

4 hari lalu

Vanny Rosyane, korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) suaminya, Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke Asep Kosasih dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Rabu, 24 April 2024. Tempo/Han Revanda Putra
Cerita Vanny Rosyane Korban KDRT Pejabat Kemenhub, Disekap hingga Dihantam Koper

Dalam kasus dugaan KDRT ini, Polres Metro Tangerang Kota menetapkan Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke Asep Kosasih sebagai tersangka.


Pejabat Kemenhub Asep Kosasih Tersangka Dugaan KDRT, Sudah Gugat Talak Istri

5 hari lalu

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Pejabat Kemenhub Asep Kosasih Tersangka Dugaan KDRT, Sudah Gugat Talak Istri

Polres Metro Tangerang Kota resmi menetapkan Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke, Asep Kosasih, sebagai tersangka dugaan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada istrinya, Vanny Rosyane.


Ketahui Bahasa Cinta yang Dibutuhkan Keluarga

5 hari lalu

Ilustrasi keluarga. Freepik.com
Ketahui Bahasa Cinta yang Dibutuhkan Keluarga

Ibu cerdas perlu mengetahui bahasa cinta atau kasih sayang yang digunakan untuk mengungkapkan perhatian pada orang lain.


3 Contoh Sambutan Lamaran Pihak Wanita Singkat dan Romantis

5 hari lalu

Saat momen lamaran, jangan lupa menyiapkan sambutan lamaran pihak wanita yang singkat dan juga romantis. Berikut ini contoh sambutannya. Foto: Canva
3 Contoh Sambutan Lamaran Pihak Wanita Singkat dan Romantis

Saat momen lamaran, jangan lupa menyiapkan sambutan lamaran pihak wanita yang singkat dan juga romantis. Berikut ini contoh sambutannya.


Murah Senyum Vs Maskulin, Ternyata Wanita Lebih Tertarik pada Pria Tipe Ini

6 hari lalu

Tom Cruise menjadi salah satu aktor dengan bayaran tertinggi setelah sukses membintangi film Top Gun: Maverick. Film tersebut berhasil meraih keuntungan lebih dari USD 1 miliar dan menjadi film berpendapatan tertinggi di 2022. Hal ini pun menambah pendapatan Tom Cruise secara signifikan. Jumlah kekayaannya kini sekitar US$ 620 juta atau Rp 9,1 triliun. Foto: IMDB
Murah Senyum Vs Maskulin, Ternyata Wanita Lebih Tertarik pada Pria Tipe Ini

Tim peneliti dari Portugal menemukan wanita lebih suka pria yang murah senyum dibanding yang maskulin. Ini alasannya.


Permohonan Perceraian di Palembang Meningkat Usai Lebaran, Ini Kata Pengadilan Agama

6 hari lalu

Ilustrasi perceraian. Shutterstock
Permohonan Perceraian di Palembang Meningkat Usai Lebaran, Ini Kata Pengadilan Agama

Angka permohonan perceraian di Pengadilan Agama Palembang usai Lebaran meningkat dibandingkan dengan grafik sebelumnya yang menurun saat Ramadan.