TEMPO.CO, Jakarta - Pencarian daring untuk kategori "kecanduan pornografi" dikabarkan naik belakangan ini melewati pencarian untuk "kecanduan alkohol" hampir 2,5 kali lipat. Peringatan itu dilontarkan oleh Martin Preston, pendiri Delamere, klinik rehabilitasi kecanduan di Inggris.
"Kami rasa inilah refleksi sesungguhnya dari kecanduan," katanya kepada The Sun.
Menurut Preston, kecanduan pornografi meningkat di masa pandemi Covid-19. Dalam sebuah survei pada 500 orang yang dilakukan Universitas Bournemouth dan Roehampton, seperlima di antaranya mengakui mulai menonton pornografi sejak musim semi 2020. Kebijakan bekerja dari luar kantor membuat akses leih muda setiap jam sepanjang hari.
Pelepasan hormon dopamin
Para ilmuwan di Universitas Montreal, Kanada, memperkirakan sekitar 100 juta orang dewasa di seluruh dunia terpengaruh. Paracelsus Recovery, yang memiliki klinik di London dan Zurich, mempekirakan sekitar separuh laki-laki dan seperempat permpuan mengalami level bermasalah dengan menonton pornografi. Klinik tersebut mengalami kenaikan pasien 150 persen yang dirawat karena kecanduan pornografi pada periode 2019-2023.
Sekitar separuh anak-anak mulai terpapar pornografi pada usia 13 tahun dan 10 persen pada umur 9 tahun atau yang termuda, menurut survei oleh Dame Rachel de Souza, komisioner anak-anak di Inggris.
"Saya sungguh prihatin dengan normalisasi kekerasan seksual di pornografi online," katanya.
Psikoterapis Dr. Paul Hall, pendiri Laurel Centre untuk yang kecanduan seks dan pornografi, mengatakan kecanduan pornografi tak dipicu gratifikasi seksual tapi karena pelepasan dopamin atau hormon bahagia di otak dan tak semuanya karena terangsang.
"Mereka melarikan diri dari hal lain. Mereka merasa bosan, kesepian, atau stres karena pekerjaan," jelasnya.
Pilihan Editor: Psikiater Ungkap Penyebab Remaja Rentan Alami Kecanduan