TEMPO.CO, Jakarta - Apakah seringkali Anda menemukan diri sendiri atau individu di sekeliling Anda merasa terbebani, kelelahan, dan kehilangan motivasi. Jika iya, maka gejala burnout kian nyata.
Entah itu disebabkan oleh beban kerja yang berat atau banyaknya tanggung jawab pribadi - kelelahan telah menjadi hal yang umum dalam era kehidupan yang begitu cepat seperti sekarang.
Burnout adalah hasil dari berbagai reaksi fisik, emosional, dan mental terhadap tekanan kronis di lingkungan kerja yang tidak diatasi. Ketika kita membayangkan kelelahan, seringkali terbayang gambar seseorang yang menundukkan wajahnya ke telapak tangan dan menarik-narik rambutnya karena putus asa. Namun, gejala tersebut dapat bermacam-macam dalam penampakannya.
Apa itu burnout?
Dilansir dari psychologytoday.com, burnout digambarkan sebagai kelelahan yang sebagian besar disebabkan oleh pekerjaan, meskipun hal ini juga berlaku pada bidang lain. Burnout membawa kelelahan emosional (misalnya, pengurasan/penipisan emosi), kelelahan fisik, dan kelelahan kognitif (ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas yang sebelumnya mudah diselesaikan).
Gejalanya berbeda-beda pada setiap individu, namun indikator yang jelas dari kelelahan adalah jarak yang semakin jauh atau pelepasan mental dari tanggung jawab pekerjaan. Terdapat tiga tipe burnout dan masing-masing memiliki cara yang berbeda untuk mengatasinya, yaitu sebagai berikut:
Baca juga:
1. Overload burnout
Dilansir dari hbr.org, overload burnout terjadi ketika Anda bekerja lebih keras dan lebih panik untuk mencapai kesuksesan, sering kali merugikan kesehatan dan kehidupan pribadi Anda. Ini adalah jenis kelelahan yang paling banyak diketahui orang, dan juga yang paling umum.
Overload burnout biasanya memengaruhi karyawan yang berdedikasi tinggi dan merasa berkewajiban untuk bekerja dengan kecepatan yang tidak berkelanjutan. Akibatnya, mereka memaksakan diri hingga kelelahan fisik dan mental.
Para peneliti mencatat bahwa terdapat dua cara untuk keluar dari overload burnout. Pertama, penting untuk mengembangkan keterampilan pengaturan emosi yang lebih kuat, seperti menamai dan memproses emosi Anda serta menyusun ulang pembicaraan negatif pada diri sendiri. Kedua, penting untuk memisahkan harga diri Anda dari pekerjaan Anda.
2. Under-challenged burnout
Dilansir dari psychcentral.com, orang-orang yang menderita under-challenged burnout merasa kurang dihargai dan bosan, serta menjadi frustrasi karena pekerjaan mereka tidak memberikan kesempatan belajar dan ruang untuk pertumbuhan profesional.
Karena orang-orang yang kurang mendapat tantangan tidak menemukan gairah atau kesenangan dalam pekerjaan mereka, mereka mengatasinya dengan menjauhkan diri dari pekerjaan mereka. Ketidakpedulian ini mengarah pada sinisme, penghindaran tanggung jawab, dan penolakan terhadap pekerjaan mereka.
Jika Anda mengalami under-challenged burnout, langkah awal yang perlu Anda ambil adalah menemukan aktivitas yang memicu minat Anda. Ketika Anda merasa rendah semangat, sulit untuk menemukan motivasi untuk melakukan banyak hal, dan menghidupkan kembali semangat hidup bisa terasa menantang. Mengalokasikan waktu untuk introspeksi dapat membuka pintu bagi minat baru yang ingin Anda telusuri.
3. Neglect burnout
Dilansir dari webmd.com, neglect burnout terjadi ketika Anda merasa tidak berdaya. Jika segala sesuatunya tidak berjalan baik, Anda mungkin merasa tidak kompeten atau tidak mampu menjalankan tanggung jawab Anda. Kelelahan seperti itu dapat dikaitkan erat dengan imposter syndrome, suatu pola psikologis di mana Anda meragukan kemampuan, bakat, atau pencapaian Anda.
Untuk mengatasi hal ini, carilah cara untuk mengambil kendali atas peran Anda kembali. Mulailah dengan membuat daftar hal yang perlu dihindari. Cari tahu kewajiban yang Anda harus tolak dengan tegas dan perbaiki kemampuan Anda dalam menetapkan batasan yang lebih kokoh. Langkah awal terbaik adalah dengan mengenali situasi di mana Anda merasakan kebencian yang kuat.
Pilihan editor: Tanda-tanda Alami Burnout dan Tips Meredakannya