TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas keracunan makanan yang terjadi dialami sejumlah warga di Kampung Babakan RW 12, Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah di Puskesmas Cipaku, Kota Bogor, Selasa 4 Juni lalu.
“Ada penambahan 19 korban keracunan yang datang ke puskesmas. Sehingga Pemkot Bogor pun menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).” Kata Syarifah.
Baca Juga:
Penetapan status KLB ini, menurut Syarifah bertujuan agar penanganan korban lebih cepat dan di bawah pengawasan langsung pemerintah kota Bogor. Selain itu, jumlah korban terus bertambah bahkan dalam waktu singkat. Diperkirakan korban masih akan terus berjatuhan mengingat saat ini sudah mencapai 93 orang.
Penyebab Terjadinya Keracunan Makanan
Melihat beberapa kejadian keracunan makanan beberapa minggu terakhir di beberapa daerah, tak banyak yang tahu apa saja sebenarnya yang menjadi penyebab seseorang mengalami keracunan. Padahal ketika paham sebab-sebab keracunan sejak awal dapat membantu mendapatkan penanganan lebih optimal.
Melansir dari Healthline kebanyakan keracunan makanan dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga faktor utama yaitu, bakteri, parasit, atau virus. Tiga faktor ini dapat ditemukan pada hampir semua makanan yang dimakan manusia. Namun, panas dari proses memasak biasanya membunuh patogen pada makanan sebelum dihidangkan. Makanan yang dimakan mentah seringkali menjadi sumber keracunan makanan karena tidak melalui proses pemasakan yang sempurna.
Kadang-kadang makanan akan bersentuhan dengan organisme dalam tinja atau muntahan. Hal ini kemungkinan besar terjadi ketika orang yang sakit menyiapkan makanan dan tidak mencuci tangan sebelum memasak. Daging, telur, dan produk susu sering kali terkontaminasi. Air juga mungkin terkontaminasi organisme yang menjadi penyebab keracunan.
Bakteri penyebab keracunan makanan diantaranya ada, E. coli (khususnya E. coli penghasil toksin Shiga (STEC)), Listeria monocytogenes, Salmonella, Campylobacter, Klostridium botulinum, Stafilokokus aureus, Shigella, Vibrio vulnificus. Salmonella adalah bakteri yang menjadi penyebab terbesar kasus keracunan makanan.
Selain itu ada parasit yang juga menjadi penyebab keracunan bahkan beberapa jenis dapat berakibat pada kematian.
Mengutip Mayo Clinik ini gejala umum keracunan makanan:
1. Sakit perut.
2. Muntah.
3. Diare.
4. Diare dengan tinja berdarah.
5. Sakit perut dan kram.
6. Demam.
7. Sakit kepala.
8. Penglihatan kabur atau ganda.
9. Sakit kepala.
10. Hilangnya gerakan pada anggota badan.
11. Masalah dengan menelan.
12. Kesemutan atau mati rasa pada kulit.
13. Kelemahan.
14. Perubahan bunyi suara.
Cara Menangani Keracunan Makanan menurut Web MD:
1. Mengganti cairan elektrolit
Penderita keracunan makanan biasanya akan kehilangan cairan elektrolit karena muntah yang terus menerus. Hindari makanan selama beberapa jam pertama saat perut mulai tenang. Minumlah air, kaldu, atau larutan elektrolit, yang akan menggantikan mineral yang hilang akibat muntah dan diare
2. Makanlah saat merasa siap
Saat keracunan gejala yang bisa dirasakan adalah diare. Saat diare tubuh akan lemas tetapi mulailah dengan makanan hambar dan tidak berlemak dalam jumlah kecil seperti roti panggang, nasi, dan biskuit.
3. Beristirahatlah yang banyak
Jauhi produk susu, kafein, alkohol, minuman bersoda atau bersoda, atau makanan pedas dan berlemak serta hal-hal yang dapat memperburuk keadaan.
4. Minum Antibiotik
Untuk keracunan makanan parah yang disebabkan oleh bakteri tertentu seperti listeria, pasien akan mendapatkan obat antibiotik.
Pilihan Editor: Tragedi 93 Warga Keracunan Makanan di Cipaku, Pemkot Bogor Tetapkan Status Kejadian Luar Biasa