Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Ini Gejalanya

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi bakteri. reddit.com
Ilustrasi bakteri. reddit.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama menyampaikan sejumlah praktik pencegahan penyakit infeksi bakteri pemakan daging, yang kini sedang mengalami peningkatan kasus di Jepang.

"Sudah banyak dibicarakan tentang Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) atau yang secara awam disebut sebagai bakteri pemakan daging yang sedang ada peningkatan kasusnya di Jepang dan jadi berita penting di dunia," kata Tjandra di Jakarta, Minggu 3 Juni 2024.

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan itu mengatakan bakteri pemakan daging bisa menyebar dengan cepat dan menimbulkan kematian hanya dalam waktu 48 jam.

Ia mengatakan angka kematian dapat mencapai 30 persen, atau jauh lebih tinggi dari kematian COVID-19 yang di bawah 5 persen. "Saat ini belum ada vaksin untuk penyakit tersebut," katanya.

Sejumlah gejala yang terjadi bermula dari keluhan demam, nyeri otot, muntah dan dapat memburuk secara cepat karena bakteri penyebabnya melepaskan racun yang menyebabkan respons peradangan luas, syok dan kerusakan berbagai organ dalam tubuh manusia.

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara menjelaskan dugaan mengapa kasus tersebut mengalami tren peningkatan kasus di Jepang. "Selama pandemi COVID-19, maka banyak masyarakat yang relatif tidak banyak kontak dengan bakteri karena jaga jarak dan lainnya, dan menyebabkan tidak adanya ketahanan alamiah," ujarnya.

Dugaan lainnya, terjadi pelemahan sistem imun pasca-COVID-19, atau yang dikenal sebagai weakened immune systems post-COVID-19.

Menurut Tjandra, Pemerintah Hongkong melalui Badan Perlindungan Kesehatan (Centre for Health Protection/CHP) Kementerian Kesehatan setempat memberi seruan pada warga Hongkong yang akan bepergian untuk waspada terhadap peningkatan infeksi tersebut. "Pemerintah Malaysia juga bergerak cepat, dan menyebutkan berkoordinasi dengan WHO untuk mendapat informasi yang lebih jelas. Malaysia memonitor secara ketat kemungkinan kasus ini di negara mereka melalui Crisis Preparedness and Response Center divisi infeksi pemerintah mereka," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu, Pemerintah Thailand mengeluarkan Travel Advisory for Thais bagi warganya yang akan ke Jepang, yang meliputi persiapan sebelum berangkat, apa yang harus dilakukan selama bepergian, kewaspadaan terhadap risiko tinggi, dan apa yang harus dilakukan sesudah kembali ke Thailand, kata Tjandra menambahkan. "Mungkin baik juga kalau pemerintah kita mempertimbangkan untuk melakukan hal serupa," katanya.

Dikatakan Tjandra, Pemerintah Jepang melakukan monitoring aktif situasi penyakit ini, dan meningkatkan penyuluhan kesehatan ke masyarakat Jepang.

Sedangkan, Pemerintah Amerika Serikat melalui Center of Diseases Control and Prevention (CDC) menyampaikan bahwa yang termasuk kelompok risiko tinggi terkena STTS termasuk kaum lansia, mereka yang punya luka terbuka dan juga pasien-pasien yang baru menjalani pembedahan.

"WHO pada Desember 2022 pernah pula melaporkan peningkatan kasus invasive Group A Streptococcus (iGAS) di Perancis, Irlandia, Belanda, Swedia dan Inggris, utamanya pada anak-anak, hanya memang tidak seperti peningkatan di Jepang sekarang ini," katanya.

Tjandra menambahkan, perkembangan yang ada di Jepang perlu terus diamati mendalam, dan juga perlu melakukan antisipasi dengan baik dan tidak mengabaikannya begitu saja. "Tapi di sisi lain, kita tidak perlu harus khawatir berlebihan pula. Harus disadari bahwa berbagai penyakit masih akan tetap bermunculan, dan kewaspadaan senantiasa dari aparat kesehatan merupakan salah satu kunci pengendaliannya, di dunia dan juga di negara kita," katanya.

Pilihan Editor: Perubahan Iklim, Bakteri Pemakan Daging Semakin Menyebar

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apakah Paku Berkarat Dapat Membuat Tetanus? Berikut Penjelasannya

7 jam lalu

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin pada santri Madrasah Muhammadiyah dalam ruang kelas pesantren di Kelurahan Kebon Pisang, Bandung, Rabu, 11 November 2020. Sedangkan kelas 2 dan 5 mendapat imunisasi lanjutan tetanus difteri, sebagai bagian dari program pemerintah di Bulan Imunisasi Anak Sekolah. TEMPO/Prima Mulia
Apakah Paku Berkarat Dapat Membuat Tetanus? Berikut Penjelasannya

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium belum tentu disebabkan tertusuk benda berkarat.


Pakar Ingatkan Perkembangan Kasus Bakteri Pemakan Daging dan Upaya Pencegahan

1 hari lalu

Bakteri pemakan daging Vibrio vulnificus. Kredit: Wikipedia
Pakar Ingatkan Perkembangan Kasus Bakteri Pemakan Daging dan Upaya Pencegahan

Pakar kesehatan mengatakan bakteri pemakan daging bisa menyebar dengan cepat dan menimbulkan kematian hanya dalam waktu 48 jam.


Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman Terkait Kematian Bayi di Sukabumi

1 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman Terkait Kematian Bayi di Sukabumi

Kombinasi vaksin pada imunisasi ganda tidak menimbulkan masalah kesehatan kronis. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk melihat dampaknya.


Alasan Tak Disarankan Pakai Loofah saat Mandi

2 hari lalu

Ilustrasi loofah. News.com.au
Alasan Tak Disarankan Pakai Loofah saat Mandi

Dermatolog punya pendapat sendiri tentang penggunaan loofah. Perhatian utama adalah kebersihan dan risiko infeksi kulit karena bakteri.


6 Fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang

5 hari lalu

Ilustrasi bakteri. reddit.com
6 Fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang

Belum ada vaksin khusus untuk menangani wabah bakteri pemakan daging di Jepang


Inilah Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi yang Perlu Diketahui

6 hari lalu

Petugas medis meneteskan vaksin polio pada anak balita dalam pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio tahap kedua di kantor kelurahan Mojolangu, Malang, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Pelaksanaan Sub PIN polio tahap kedua tersebut menyasar 100.380 anak di Kota Malang yang sebelumnya sudah menerima imunisasi polio tahap pertama dalam program penuntasan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Inilah Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi yang Perlu Diketahui

Vaksinasi dan imunisasi adalah istilah yang berkaitan erat namun memiliki perbedaan mendasar.


Macam Masalah Kesehatan yang Terjadi di Pusar

8 hari lalu

Ilustrasi Pusar/Pixabay
Macam Masalah Kesehatan yang Terjadi di Pusar

Pusar juga bisa menjelaskan masalah kesehatan yang dialami pemiliknya. Contohnya berbau, gatal, atau keluar batu kecil.


Catat Rekor Baru, Jepang Dilanda Gelombang Kasus Infeksi STSS Bakteri Pemakan Daging, Apakah Itu?

11 hari lalu

Bakteri
Catat Rekor Baru, Jepang Dilanda Gelombang Kasus Infeksi STSS Bakteri Pemakan Daging, Apakah Itu?

Infeksi STSS bakteri pemakan daging yang mematikan dan langka secara misterius menyebar dengan cepat di Jepang. Penyakit apakah ini?


Inilah Bahaya Hewan Kurban yang Disembelih dalam Keadaan Sakit

14 hari lalu

Dalam rangka Hari Raya Idul Adha 1445 H, sebanyak 2.458 hewan kurban dibagikan bagi masyarakat tidak mampu yang tersebar di seluruh Indonesia.
Inilah Bahaya Hewan Kurban yang Disembelih dalam Keadaan Sakit

Menyembelih hewan kurban yang sedang sakit dapat membawa berbagai risiko, baik dari segi kesehatan manusia, maupun lingkungan.


Makanan Manis Bisa Bikin Bau Mulut

20 hari lalu

Ilustrasi makanan manis seperti cupcakes. Unsplash.com/Viktor Forgacs
Makanan Manis Bisa Bikin Bau Mulut

Mengonsumsi makanan tertentu dapat berperan besar menyebabkan bau mulut. Hal ini juga dapat mengganggu keseimbangan mikrobioma mulut.