Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dampak Fisik Stres Berlebihan, Menstruasi Tak Teratur Hingga Penyakit Kardiovaskular

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Stres bisa menimpa semua orang, laporan dari American Psychological Association menyatakan bahwa pada tahun 2023, sekitar sepertiga orang berusia 18–44 tahun menilai tingkat stres mereka 8–10 pada skala 1–10.

Ditulis laman Eating Well, Selasa 11 Juni 2024, Dokter Penyakit Dalam Besertifikat dan Direktur Medis di Wellbridge Edmond Hakimi, DO mengatakan stres merupakan respons alami terhadap tuntutan dan tekanan hidup. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk tanggung jawab pekerjaan, masalah keuangan, masalah hubungan, dan perubahan besar dalam hidup.

Stres dapat menimbulkan dampak serius pada fisik, perilaku, dan mental yang sangat berefek pada kesehatan. Jadi, manajemen stres adalah bagian penting dalam menjaga kesehatan Anda.

Stres yang berdampak pada fisik pertama adalah sistem kardiovaskular. "Sistem kardiovaskular sangat rentan, karena stres meningkatkan detak jantung dan tekanan arah, yang dapat menyebabkan masalah antung jangka Panjang," kata Marcus Smith, Konselor Profesional Klinis Berlisensi dan Direktur Eksekutif di Alpas Wellness.

Kehadiran hormon stres seperti kortisol dan epinefrin menyebabkan stres oksidatif dan peradangan, yang meningkatkan risiko kardiovaskular dan serangan jantung. “Hal ini juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh arteri koroner, yang dapat mengakibatkan iskemia miokard,” kata Andrew Sherwood, PhD, Profesor Ilmu Psikiatri dan Perilaku di Duke University School of Medicine.

Stres tinggi juga memicu sistem pernapasan menjadi cepat dan dangkal. Selain itu, risiko tertular penyakit pernapasan atau memperburuk kondisi pernapasan yang sudah ada juga lebih tinggi karena stres memperburuk respons imun tubuh. Ditambah lagi, sitokin inflamasi dilepaskan, yang meningkatkan produksi lendir dan menyempitkan saluran udara.

Sistem imun tubuh juga melemah ketika tubuh mendeteksi stres. "Sistem endokrin merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol, yang jika meningkat dalam jangka waktu lama, dapat mengganggu fungsi metabolisme dan melemahkan sistem kekebalan tubuh,” kata Smith.

Hal ini, pada gilirannya, dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan memperburuk penyakit peradangan kronis, kata Sherwood.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada sistem pencernaan, ketika kita mengalami stres, neurohormon yang disebut katekolamin dilepaskan, yang berdampak terutama pada sistem pencernaan. Pada akhirnya, aliran darah ke usus berkurang, yang bisa menyebabkan diare atau sembelit, tergantung orangnya. Tidak mengherankan, penelitian menemukan bahwa stres berkaitan erat dengan sindrom iritasi usus besar (IBS).

Selain IBS, Sherwood mengatakan stres juga dapat meningkatkan refluks asam. Selain itu, stres bisa menyebabkan ketegangan otot. Bayangkan saja bagaimana perasaan Anda saat dipijat setelah seminggu kerja yang penuh tekanan.

Hal ini disebabkan oleh rangkaian respons fisiologis yang terjadi ketika tubuh Anda mengalami stres. Aktivasi sistem saraf simpatik akibat stres dapat menyebabkan ketegangan otot, sakit kepala, dan migrain , catat Sherwood.

Terakhir efek fisik dari stres adalah menghambat hasrat seksual dan fungsi reproduksi. Ini menekan pelepasan hormon reproduksi utama yang berperan dalam produksi testosteron dan fungsi ovarium.

Akibatnya, stres kronis dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, penurunan kualitas sperma, bahkan kemandulan. Selain efek fisik, stres juga dapat menyebabkan efek mental seperti kecemasan dan depresi, gangguan kognitif, perubahan nafsu makan, dan gangguan tidur.

Pilihan Editor: Hindari Stres dan Kafein untuk Mencegah Gangguan Irama Jantung

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kerap Marah Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

1 hari lalu

Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Kerap Marah Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

Marah yang berlebihan dapat memicu serangan jantung. Berikut beberapa alasan mengapa bisa terjadi.


Fakta di Balik Konser Terakhir Elvis Presley, 2 Bulan Kemudian Raja Rock and Roll Tewas di Kamar Mandi

4 hari lalu

Musisi dunia yang terkenal dengan penampiannya yang enerjik yang dijuluki sebagai King of Rock & Roll, Elvis Presley diketahui meninggal dunia karena overdosis pada 16 Agustus 1977. Tewasnya Elvis masih banyak perdebatan karena hasil otopsi Elvis disembunyikan oleh Ibu tirinya. telegraph.co.uk
Fakta di Balik Konser Terakhir Elvis Presley, 2 Bulan Kemudian Raja Rock and Roll Tewas di Kamar Mandi

Elvis Presley konser terakhir kali di Indianapolis, Amerika Serikat, pada 26 Juni 1977. Dua bulan kemudian, Raj Rock and Roll ditemukan tewas.


Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Perlu Dimulai di Usia 35-40 tahun

4 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Perlu Dimulai di Usia 35-40 tahun

Pencegahan penyakit jantung koroner pada usia lanjut sebaiknya dilakukan mulai usia 35-40 tahun. Simak penjelasan spesialis jantung berikut.


8 Faktor Risiko Serangan Jantung, Penyebab Kematian Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot

4 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
8 Faktor Risiko Serangan Jantung, Penyebab Kematian Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot

Serangan Jantung merenggut nyawa Michael Jackson, Lisa Marie Presley hingga Didi Kempot. Apa saja faktor risikonya?


Dokter Jantung Sebut Pentingnya Jaga Tekanan Darah yang Normal untuk Hindari Masalah Koroner

5 hari lalu

Ilustrasi cek tekanan darah. shutterstock.com
Dokter Jantung Sebut Pentingnya Jaga Tekanan Darah yang Normal untuk Hindari Masalah Koroner

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner sehingga pemilik riwayat kondisi tersebut harus menurunkan tekanan darahnya.


Ragam Alasan Orang Kehilangan Cinta dan Hubungan Berantakan

9 hari lalu

Ilustrasi pasangan bertengkar/berpisah. Shutterstock
Ragam Alasan Orang Kehilangan Cinta dan Hubungan Berantakan

Ada beberapa alasan kita tak cinta lagi pada pasangan sehingga berujung perpisahan. Berikut di antaranya.


Kapan Pasien Penyakit Jantung Perlu Pasang Ring?

11 hari lalu

Ilustrasi Ring jantung. Vidio/Abott
Kapan Pasien Penyakit Jantung Perlu Pasang Ring?

Pakar mengatakan pemasangan ring jantung masih menjadi solusi efektif mengatasi penyumbatan pembuluh darah. Kapan diperlukan pasien penyakit jantung?


60 Menit Berharga Bagi Pasien Serangan Jantung

14 hari lalu

Ilustrasi gagal jantung. shutterstock.com
60 Menit Berharga Bagi Pasien Serangan Jantung

Apa yang bisa dilakukan dalam 60 menit bagi para penderita penyakit jantung?


Demi Jantung Sehat, Konsumsi Makanan dengan Olahan Tradisional Sangat Dianjurkan

14 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Demi Jantung Sehat, Konsumsi Makanan dengan Olahan Tradisional Sangat Dianjurkan

Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup.


5 Tantangan Hidup yang Dihadapi Generasi Z

16 hari lalu

Generasi Z. Foto: Freepik.com/pch.vector
5 Tantangan Hidup yang Dihadapi Generasi Z

Generasi Z menghadapi tantangan yang kompleks dan beragam dalam kehidupan mereka.