TEMPO.CO, Jakarta - Neurolog RA Dwi Pujiastuti mengatakan dukungan dan pengertian lingkungan tempat kerja sangat penting untuk kesejahteraan penderita migrain. Lulusan Universitas Sumatera Utara itu mengatakan pekerja yang sering mengalami nyeri kepala jangan menganggapnya sepele karena migrain merupakan kelainan sistem saraf dan sistem otak yang bisa terjadi serangan nyeri kepala yang sangat hebat.
“Kalau lingkungan kerja enggak menderita migrain mungkin sulit empati merasakan hal yang sama tapi bisa diberi pengertian pada saat serangan, jadi saling suport. Misalnya beri tugas tidak langsung menumpuk, jam kerja lebih fleksibel, kalau ada serangan bisa bawa kerjaan ke rumah, jadi pengertian itu akan sangat membantu pejuang migrain,” kata Puji dalam webinar "Bulan Kesadaran Migrain dan Nyeri Kepala", Rabu, 19 Juni 2024.
Ia menyarankan jika sering mengalami hal tersebut diupayakan konsultasi ke dokter spesialis saraf agar mendapatkan diagnosa yang benar dan bisa dikomunikasikan kepada atasan terkait kondisi kesehatannya. Jika perlu sertakan juga informasi keterangan dari tenaga kesehatan yang akan menjelaskan lebih detail terkait migrain yang dialami pekerja.
“Sebaiknya dikomunikasikan, kami harapkan pihak kantor bisa mendapatkan edukasi tentang migrain karena mungkin enggak hanya satu, bisa saja terjadi di tahun berikutnya. Jadi mungkin dikomunikasikan ke teman bekerja,” saran Puji.
Ia mengatakan pasien migrain di lingkungan kerja bisa sangat merugikan karena jika terjadi serangan sering kali tidak bisa berpikir, fungsi pendengaran dan penglihatan juga akan menurun jika tidak ditangani dengan tepat. Gejala yang dihadapi juga tidak ringan, seperti tidak bisa melihat cahaya atau menatap layar, bahkan sampai mual dan muntah.
Selalu sediakan obat darurat
Nyeri kepala juga tidak hanya terbatas pada satu sisi saja dan bisa terjadi sakit di semua kepala. Selain itu, perlu juga ditegaskan risiko disabilitas pada saat serangan dari sebelum, selama, bahkan setelah serangan, di mana penderita hampir tidak bisa berfungsi normal untuk bekerja.
“Bisa saja penderita migrain punya pola serangan nyeri yang berbeda. Mungkin ada yang sangat berat sampai harus ke IGD atau bahkan berhenti bekerja mengurung diri, tutup jendela, atau mungkin serangan tidak berat tapi dia mual, enggak bisa lihat layar kemudian dia tetap dipaksa bekerja,” jelas Puji.
Bagi pekerja dengan migrain disarankan selalu menyediakan obat darurat yang dapat meredakan nyeri kepala. Dianjurkan pula untuk berkonsultasi dengan dokter terkait penggunaan obat karena jika obat yang dikonsumsi tidak sesuai aturan juga dapat memperparah nyeri kepala. Kenali juga pencetus migrain seperti stres berlebihan karena pekerjaan menumpuk, melewatkan jam makan, dan kurang cairan.
“Kalau ada serangan sebaiknya ambil obat darurat nyeri kepala dan bisa istirahat sejenak. Kalau misalnya nyeri, hindari paparan cahaya yang terlalu banyak, bisa berhenti melihat layar. Pastikan cukup minum, makan cukup, semoga tidak semakin berat. Tapi kalau semakin berat istirahat sepenuhnya dari aktivitas karena apapun yang dilakukan pasti akan menambah sakit kepala,” papar Puji.
Pilihan Editor: Neurolog Ungkap Penyebab Migrain Lebih Sering Menyerang Wanita