TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Anrilla E. M. Ningdyah menyebut tiga hal penting pengasuhan digital untuk mencegah anak kecanduan gawai.
“Kita mengelola secara cerdas dan yang sudah terbukti keberhasilannya. Salah satu konsepnya yakni pola pengasuhan digital. Itu prinsipnya tiga saja dan gampang sekali untuk diingat, yakni pahami, dukung, dan atur aktivitas anak-anak,” kata Anrilla, Kamis, 29 Agustus 2024.
Ia menjelaskan dalam memahami harus dimulai dari orang tua dengan menolak pandangan menggunakan gawai menjadi lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan anak gawai agar bisa tenang atau diam.
“Orang tua perlu mengevaluasi dan memastikan penggunaan tepat teknologi digital bagi dirinya sendiri dulu sebelum membantu anak-anak. Penggunaan yang tepat dapat menunjang kesehatan mental, dan jangan lupa fondasi kesehatan mental,” ujarnya.
Ia mengatakan fondasi kesehatan mental di antaranya pola tidur cukup, aktivitas fisik dengan bergerak minimal 60 menit per hari, cukup asupan nutrisi, memberikan dan mendapatkan dukungan sosial, membuat batasan antara rumah dan kantor, serta menghindari bekerja di tempat tidur.
Pengaruh ke kesehatan mental
Pola asuh digital selanjutnya yakni dukung, di mana anak-anak usia dini butuh stimulasi langsung untuk memiliki fungsi eksekutif, yaitu proses mental dan kemampuan kognitif kompleks yang mengatur keterampilan untuk berperilaku atau mencapai tujuan.
“Pada anak prasekolah di antaranya fokus dan perhatian, paham dan ingat instruksi, kontrol diri, organisasi dan prioritas, serta pengaturan emosi. Fungsi eksekutif ini dapat diajarkan, dilatih, dan dikembangkan. Syaratnya adalah memberikan kesempatan dan pengalaman melalui asah, asih, dan asuh,” ucapnya.
Pola terakhir yakni atur, yang terdiri atas batasi, kelola, dan arahkan. “Waktu, durasi, dan frekuensi bisa menggunakan aplikasi parental monitoring atau kontrol, mesin akses dan isi atau konten, membuat kebijakan dan kontrak penggunaan dengan anak, seperti batasan waktu menggunakan gawai sedari awal, memberi pengertian, kemudian baru memberikan fasilitas,” paparnya.
Ia juga menyebutkan hasil studi NeuroSensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact on Kids, 92 persen anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah cenderung mengenal media sosial lebih dini, 54 persen di antaranya diperkenalkan ke media sosial sebelum berusia 6 tahun.
Ia menjelaskan dampak penggunaan teknologi digital pada anak di antaranya berpengaruh terhadap kesehatan mental, yakni tingkat depresi lebih tinggi yang muncul karena penggunaan media sosial di atas tiga atau empat jam per hari, juga peningkatan risiko perundungan siber, ketergantungan, serta pemborosan waktu.
“Kemudian muncul penyakit yang dipicu penggunaan gawai terlalu lama, yaitu tics and tourette syndrome, menurunnya keamanan pribadi dan privasi, penyalahgunaan data pribadi, serta menjadi target berlebihan bagi iklan-iklan, juga mendorong perilaku konsumtif dan impulsif,” tuturnya.
Pilihan Editor: Pentingnya Peran Orang Tua sebagai Awal untuk Atasi Anak Kecanduan Gawai