TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian oleh empat peneliti dari Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat terkait peran ayah dalam pengasuhan di kampung Keluarga Berkualitas (KB) masih belum signifikan dan belum memberikan dampak terhadap perkembangan anak. Empat peneliti dari Universitas Muhammadiyah Pontianak, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Nusa Cendana NTT, dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Mamuju, meriset 30 sasaran selama tiga bulan (Juni-Agustus 2024) yang hasilnya disampaikan dalam kegiatan diseminasi di Jakarta, Senin, 28 Oktober 2024.
“Di Desa Tumpiling, Sulawesi Barat, intervensi implementasi program praktik baik yang diterapkan memang berpotensi efektif dalam meningkatkan fungsi keluarga tetapi tidak memiliki efek signifikan terhadap perubahan peran ayah,” kata Peneliti Poltekkes Kemenkes Mamuju, Nurbaya.
Ia merekomendasikan kampung KB dapat memperluas target sasaran kepada ayah karena keterlibatan emosional dan sosial yang rendah dapat menghalangi perubahan perilaku ayah. “Sangat direkomendasikan agar implementasi model best practice Kampung KB melibatkan ayah secara penuh dan aktif, sama seperti peran ibu sebagai peserta,” ucapnya.
Sementara itu, hasil analisis perbedaan peran ayah dalam pengasuhan anak balita sebelum dan sesudah implementasi praktik di kampung KB Lembah Murai, Pontianak, Kalbar, menunjukkan dampak yang positif, tetapi masih kurang signifikan. “Rata-rata skor peran ayah dalam pengasuhan balita sebelum intervensi adalah 44,90 dan sesudah intervensi diperoleh rata-rata sebesar 52,30,” ujar peneliti Universitas Muhammadiyah Pontianak, Indah Budiastutik.
Hasil di NTT dan Jateng juga menunjukkan peningkatan tetapi juga belum membawa dampak yang signifikan. Salah satu sebabnya karena waktu implementasi praktik baik yang sebagian besar dilaksanakan di pagi hari ketika ayah sedang bekerja.
“Perubahan perilaku ibu terkait pengasuhan ada perbedaan yang signifikan pada dimensi fungsi keluarga, yakni menjaga kesehatan fisik dan mental ibu. Tetapi pada praktik pengasuhan ayah tidak ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah intervensi meski rata-rata skor meningkat,” papar peneliti Universitas Nusa Cendana Kupang, Mega Liufeto.
Pengasuhan bukan hanya tugas ibu
Program Manager Stunting Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Sudibyo, yang juga hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan pentingnya kampung KB meningkatkan peran ayah untuk menghapus anggapan masyarakat peran domestik hanya dibebankan kepada ibu saja.
“Kelemahan kita itu memang ada di pola asuh. Selama ini hanya dibebankan pada ibu sedangkan harapan atau tujuan penelitiannya pengaruh ayah. Walaupun ada yang signifikan dan tidak, tetapi yang signifikan tidak terlalu menggembirakan,” ujar Sudibyo.
Menurutnya, hasil penelitian yang menunjukkan persentase peran ayah tidak terlalu signifikan maka perlu menjadi perhatian karena seakan-akan hal tersebut melegitimasi pengasuhan hanya urusan ibu.
“Jadi seakan peran domestik itu hanya untuk ibu-ibu saja. Peran ayah walaupun signifikan tetapi kecil sekali. Dalam penelitian tersebut perkembangan anak tidak terlihat nyata sehingga penting ada keberlanjutan penelitian tersebut, misalnya diperpanjang menjadi enam bulan agar dampaknya lebih terlihat, utamanya terkait peran ayah dalam pengasuhan,” tuturnya.
Pilihan Editor: Salah Pengasuhan Bikin Anak Manja, Bagaimana Mengatasinya?