TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kesehatan jiwa Kristiana Siste menyebut pola asuh yang sehat dalam keluarga dapat mencegah remaja terjerumus dalam kecanduan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain (NAPZA). Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta itu menjelaskan pola asuh yang sehat dan pengasuhan yang mendukung kesehatan mental remaja dapat mencegah anak dari penggunaan NAPZA sebagai pelarian dari masalah emosional.
"Jadi harus dimulai dari keluarga. Mulai saja dengan cara sederhana seperti memberikan pujian, komunikasi dua arah, kalau bicara dengan anak itu tidak menggunakan gadget, jadi mata ketemu mata. Jadi orang tua menjadi role model," kata Kristiana dalam diskusi daring pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Bentuk pengalihan emosional
Menurutnya, penyalahgunaan NAPZA atau perilaku kecanduan lain seperti judi, gim daring, pornografi, atau media sosial merupakan bentuk pengalihan emosional ketika menghadapi suatu masalah. Ia menjelaskan sifat tersebut umumnya dimiliki remaja yang cenderung ingin menghindari masalah atau ingin segala sesuatu selesai dengan instan.
"Memang menggunakan narkoba pada tahap awal yang tadinya depresi ketika dia menggunakan sabu perasaannya jadi naik, depresinya jadi kurang. Tapi kemudian ketika dia mengalami kecanduan maka yang terjadi adalah depresinya semakin dalam," paparnya.
Ia juga menjelaskan sifat tersebut bisa muncul karena pola asuh orang tua yang selalu menyelesaikan masalah anak tanpa mengajarkan untuk mencoba mengatasinya sendiri.
"Atau misalnya dari keluarga itu adalah keluarga yang otoriter, yang tidak pernah ada pujian atau kehangatan dalam keluarga sehingga anak tumbuh dengan karakter yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya dan ketika ada masalah dia jadi menghindar," ucapnya.
Pilihan Editor: Penelitian di Kampung KB Ungkap Kurangnya Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak