Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bancakan Menyantap Tutut  

image-gnews
Bancakan Tutut. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Bancakan Tutut. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Iklan

TEMPO Interaktif, Bandung - Bagi petani, tutut atau keong sawah merupakan binatang hama perusak tanaman padi. Hewan melata bercangkang hitam kehijau-hijauan dan konon berasal dari Amerika Latin ini gemar melahap batang padi. Tapi, bagi sebagian orang, terutama pemburu makanan Sunda, tutut bisa menjadi pelepas rindu kampung halaman.

Kandungan gizi siput tutut amat tinggi. Daging siput yang liat ini mengandung protein dalam kadar tinggi. Pengolahannya sama dengan mengolah daging bekicot. Bedanya, tutut tak perlu digoreng atau dibakar dulu, tapi langsung direbus.

Namun tidak mudah mencari restoran yang menyajikan tutut. Soalnya, tak banyak orang yang menilik potensi bisnis itu dan bersedia berpayah-payah mencari keong di kubangan lumpur. Di Bandung, ada restoran yang masih menyajikan menu tradisional Sunda berumur tua itu.

Mang Barna, 56 tahun, termasuk yang jeli menangkap peluang kerinduan para pemburu masakan Sunda masa lampau. Bekas pemasok ikan di rumah-rumah makan di Jakarta ini menyulap restoran modernnya, yang berada di Jalan Trunojoyo Nomor 62, Bandung, menjadi restoran Nasi Bancakan pada 17 Oktober 2007.

Restoran itu khusus menyajikan masakan tradisional Sunda dengan racikan bumbu tempo doeloe. Penggunaan nama bancakan juga mengacu pada tradisi di tanah Sunda--juga Jawa--yang gemar meriung guna memasak dalam jumlah besar untuk sebuah hajatan.

Menu tutut menjadi salah satu andalan Nasi Bancakan. Sebelum diolah, tutut direndam dalam air semalaman. "Supaya bau amis dan lumpurnya hilang," kata Barna dengan logat Sunda yang kental.

Cara menyantap tutut pun punya sensasi sendiri. Kita harus mencungkil daging di dalam cangkang dengan menggunakan tusukan gigi agar semua daging tercerabut keluar. Saat menyeruput air di dalam cangkang itu, sesekali kita akan merasakan seperti menelan pasir halus. Tak usah risau, "pasir" itu adalah telur keong, yang tentu saja menambah nilai proteinnya.

Meski aroma serai dan kunyitnya tajam, bau apak sedikit terasa jika kita mengendusnya dalam-dalam. Toh, gangguan ini tak menyurutkan niat pengunjung, yang terlihat amat menikmati saat melahap menu ini. "Asyik aja mencopot daging dari cangkangnya," kata Qiqid, pengunjung restoran, yang mengaku datang dari Jakarta.

Tutut, yang dijual seporsi Rp 5.000, menjadi menu primadona pelanggan restoran itu. Menurut Barna, setiap hari restonya menghabiskan 50 kilogram tutut. "Nyarinya di Garut, Bandung, dan kampung-kampung yang ada kolamnya," ujarnya kepada Tempo pekan lalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain tutut, menu andalan lainnya adalah peda beuleum (ikan peda bakar). Menu ini juga merupakan menu tradisional Sunda yang sulit ditemui di restoran lain. Ikan peda asin dibakar terlebih dulu sebelum disajikan dengan cocolan sambal cabai rawit, bawang merah, jeruk nipis, dan sedikit minyak goreng. Jika disajikan panas dengan nasi liwet, kelezatannya tak terkira.

Semua menu disajikan dalam meja panjang. Prasmanan sederhana ini dimulai dengan nasi liwet dan timbel. Lalu pengunjung dihadapkan pada beragam lauk-pauk, di antaranya ayam kampung goreng, pindang ikan mas, semur jengkol, ikan asin, pepes tahu, sate, semur, tutut, peda beuleum, dan sambal goreng. Sayurannya: beberapa tumis seperti genjer, paria, tahu brokoli, dan waluh.

Bukan warung Sunda jika tak ada sayur asem. Resto ini meletakkan sajian itu di ujung meja panjangnya. Pengunjung bisa memesan dengan mangkuk kecil atau besar.

Tak hanya makanan "jadul" yang ditawarkan di Nasi Bancakan. Minuman lawas, seperti goyobod dan es lilin potong, juga disajikan di resto ini. Goyobod merupakan es cendol berisi cincau. Pengunjung juga bisa merasakan kue balok langsung dari tempat masaknya seharga seribu perak per potong.

Resto Nasi Bancakan memang menggunakan dapur terbuka. Pengunjung bisa langsung menyaksikan pengolahan masakan itu di tungku kayu besar. Desain interiornya pun disulap bergaya tempo dulu berupa bangku lama atau lesehan beralas tikar pandan. Bahkan piring dan gelasnya terbuat dari seng. "Keduanya saya datangkan dari Surabaya," kata Barna.

Menurut Barna, restorannya dalam sehari dikunjungi sekitar 1.500 orang. Pada siang hari, pengunjung bisa mengular antre makanan. Jika pengunjung datang kesiangan, beberapa menu ludes. "Makanan di sini murah dan enak," kata Widi, salah satu pelanggannya. Menurut dia, dengan uang Rp 15-20 ribu, pembeli sudah bisa merasakan seporsi nasi lengkap. 

ISTIQOMATUL HAYATI| AKBAR TRI KURNIAWAN

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

2 hari lalu

Mie gomak. Instagram
Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru


Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

5 hari lalu

Ketua panitia penyelenggara Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Daryono menjelaskan tentang rencana penyelenggaraan festival kuliner tersebut di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 27 April 2024. SICF 2024 akan digelar di Stadion Manahan Solo, 9-12 Mei mendatang. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024


Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

14 hari lalu

Lumpia isi tahu udang menjadi salah satu jenis gorengan yang tetap sehat untuk menu buka puasa/Foto: Tupperware
Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?


10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

16 hari lalu

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu. Foto: Canva
10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.


Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

17 hari lalu

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.


Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

18 hari lalu

Empal Gentong. Shutterstock
Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.


Resep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli

20 hari lalu

Gurame Nyat Nyat. Foto : yummy app
Resep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli

Gurame nyat nyat adalah kuliner primadona yang banyak diminati wisatawan domestik dan manca negara saat berkunjung ke Bangli, Bali. Ini resepnya.


5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

22 hari lalu

Biryani, Hyderabad. Unsplash.com/Shreyak Singh
5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri


Tren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal

30 hari lalu

Mi lethek khas Bantul, Yogyakarta. Dok. Visiting Jogja
Tren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal

Banyak bahan baku pangan lokal yang bisa digunakan sebagai subtitusi bahan impor untuk membuat produk kuliner sejenis, seperti mi.


Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

32 hari lalu

Ilustrasi berbagi foto kuliner di media sosial. Digitalcoco.com
Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.