Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cermat Menghadapi Bos Beracun  

image-gnews
TEMPO/ Dimas Aryo
TEMPO/ Dimas Aryo
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Awal tahun ini, hari-hari kerja Neri Widya bagai mimpi buruk. Gadis 25 tahun itu menilai suasana kerja di kantornya tidak lagi nyaman. Neri menilai sumber ketidaknyamanan itu adalah bos yang baru dipindahkan dari kantor cabang lain. "Bos baru tak menghargai pendapat kami," katanya saat dihubungi Senin lalu.
Neri telah bekerja di perusahaan asuransi plat merah itu sejak lima tahun lalu. Sebelumnya ia amat betah, karena bos lama lebih terbuka menerima ide-ide anak buahnya yang lebih muda. "Rapat selalu canda tawa tetapi tetap serius," ujarnya. Namun kenyamanan itu berakhir setelah bosnya naik pangkat dan ditempatkan di kantor cabang lain. Neri mendapatkan bos pengganti.
Bos baru ini berbeda 180 derajat dengan yang lama. Neri tak mempersoalkan gaya memimpin yang berbeda. Namun sifat bos baru ini menekan dan mengebiri ide-ide anak buahnya. "Dia merasa lebih jago ketimbang yang lain," katanya kesal.
Neri sempat menilai sikap atasannya bakal berubah. "Awalnya saya kira dia sedang beradaptasi," katanya. Namun sangkaan itu tidak benar. Selama hampir tiga bulan bekerja sama, sikap bos tidak berubah. "Memang sifatnya sudah begitu," ujarnya.
Perempuan asal Padang, Sumatera Barat, itu merasa kesal ketika atasannya hanya menyalahkan apa yang menjadi kesalahan bawahan. Tapi jika idenya ternyata salah, bos selalu mengelak. "Tak mau disalahkan dan selalu mencari kambing hitam," katanya. Neri, yang lulus dari Jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada, mengkategorikan atasannya itu sebagai toxic boss. "Bosku itu contoh sindrom bos beracun," katanya tertawa.
Konsultan human resources, Haryo Utomo Suryosumarto, mengatakan toxic boss tidak bakal lama memegang jabatan. Menurut Haryo, bos seperti ini merugikan perusahaan. Bahkan sifat buruk ini berpotensi mematikan karyawan yang unggul.
Haryo menceritakan pengalamannya menangani persoalan sumber daya manusia pada suatu perusahaan. Kala itu manajemen curiga karyawan yang direkrut selalu memutuskan keluar dalam waktu tak lama. "Padahal saat rekrutmen mereka dinilai unggul," katanya. Polling pun dilakukan. Hasilnya, 95 persen karyawan yang keluar puas dengan perusahaan. Namun, kata Haryo, mereka tidak puas dengan cara memimpin dan bekerja si bos. Akibatnya, bos tersebut mendapat teguran.
Pendiri dan pengelola Headhunter Indonesia itu mengatakan, sebaiknya karyawan keluar dari pekerjaan jika mendapatkan bos yang mematikan ide karyawan, mau menang sendiri, tidak terbuka dengan perubahan, dan selalu mencari kambing hitam. Bos seperti ini, Haryo menambahkan, tidak berpikir team work. "Buat apa bertahan karena apa pun yang kita lakukan tidak ada artinya," katanya saat dihubungi Senin lalu.
Namun, sebelum memutuskan keluar, Haryo menyarankan ada baiknya jika karyawan melihat kondisi perusahaan. Mahasiswa S-2 psikologi terapan pada Jurusan Knowledge Management and Human Capital Universitas Indonesia ini mengatakan beberapa karyawan tidak langsung memutuskan pindah kerja. "Mereka masih melihat ada harapan," katanya.
Harapan itu, Haryo melanjutkan, adalah prediksi karyawan bahwa akan ada keputusan tegas manajemen atas bos yang "beracun" tersebut. Si karyawan, kata dia, yakin bos seperti itu bakal ditegur bahkan dipecat oleh manajemen atau direksi. Harapan itu bisa terwujud jika atasan dari bos memiliki pandangan yang lebih konstruktif.
Harapan seperti ini dimiliki banyak karyawan pada perusahaan yang komunikasi antarkaryawan lebih terbuka. "Apalagi perusahaan yang disiplin melakukan penilaian," katanya. Jika perusahaan memiliki budaya komunikasi terbuka, karyawan tak perlu khawatir jika mendapatkan bos seperti itu. "Pasti ketahuan dan diganti," katanya.

AKBAR TRI KURNIAWAN

Ciri Bos Beracun (Toxic Boss)

- Memberi tekanan berlebihan.
- Membuat permusuhan dalam kelompok.
- Tidak mau mendengar masukan.
- Menilai pendapatnya paling benar.
- Meremehkan pendapat orang lain.
- Menilai bawahannya tidak penting.
- Yang diutamakan bawahannya menyelesaikan tugas yang dia berikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sikap Menghadapi Bos Beracun

- Identifikasi dan memahami sikapnya.
- Tetap profesional.
- Buat catatan, dokumentasikan setiap perilaku buruknya jika Anda berencana melaporkan ke manajemen.
- Cari dukungan dari bos dan staf lain, tetapi hindari menjilat ke sana-sini.
- Mulai merencanakan bertahan atau pindah dari tempat kerja. Integritas dan keberanian mengantar Anda ke hal terhormat.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Tips untuk Anak Magang agar Diangkat Jadi Karyawan

3 hari lalu

Tips agar anak magang diterima jadi karyawan. Foto: Canva
8 Tips untuk Anak Magang agar Diangkat Jadi Karyawan

Untuk diangkat menjadi karyawan bukanlah hal yang sulit. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan anak magang agar diangkat jadi karyawan.


Puluhan Perusahaan di Cina Digugat karena Minta Calon Karyawan Perempuan Tes Kehamilan sebelum Resmi Diterima

9 hari lalu

Ilustrasi test pack kehamilan. Freepik.com
Puluhan Perusahaan di Cina Digugat karena Minta Calon Karyawan Perempuan Tes Kehamilan sebelum Resmi Diterima

Jaksa penuntut mengajukan gugatan melawan perusahaan di Cina yang meminta calon karyawan melakukan tes kehamilan


Cara yang Bisa Dilakukan Atasan untuk Mengetahui Apakah Karyawan Terlibat Judi Online

12 hari lalu

Ilustrasi bos sedang berkomunikasi dengan anggota timnya di tempat kerja. Foto: Unsplash.com/Amy Hirschi
Cara yang Bisa Dilakukan Atasan untuk Mengetahui Apakah Karyawan Terlibat Judi Online

Atasan bisa memanfaatkan media sosial untuk mendeteksi masalah keuangan karyawan, termasuk adakah indikasi terlibat judi online.


Terpopuler: Sri Mulyani Prediksi Subsidi Energi 2024 bakal Membengkak, PT Pos Indonesia Bantah PHK Karyawan

18 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019. Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja APBN 2019 dan rencana kerja APBN tahun anggaran 2020. TEMPO/Tony Hartawan
Terpopuler: Sri Mulyani Prediksi Subsidi Energi 2024 bakal Membengkak, PT Pos Indonesia Bantah PHK Karyawan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan realisasi subsidi dan kompensasi energi tahun 2024 akan membengkak.


Bantah PHK Karyawan, PT Pos Indonesia: Pemutusan Hubungan Kerja karena Pensiun Alami

18 hari lalu

Petugas menyortir paket barang yang akan dikirim melalui PT Pos Indonesia (Persero) di Kantor Pos Bandar Lampung, Lampung, Kamis 13 April 2023. Menurut petugas kantor pos setempat memasuki pekan keempat jelang Lebaran pengiriman paket pos mengalami peningkatan hinga 50 persen lebih dibandingkan hari biasa dan diprediksi terus mengalami kenaikan. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Bantah PHK Karyawan, PT Pos Indonesia: Pemutusan Hubungan Kerja karena Pensiun Alami

PT Pos Indonesia menyebut tak ada pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan.


Penjelasan Dirut Garuda Indonesia atas Sengkarut dengan Serikat Pekerja

23 hari lalu

Ketua Harian Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Tomy Tampatty mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa, 9 November 2021. Kedatangan Tomy mewakili Sekarga untuk memberikan dukungan pengusutan indikasi tindak pidana korupsi di Garuda Indonesia. Tempo/Hendartyo Hanggi
Penjelasan Dirut Garuda Indonesia atas Sengkarut dengan Serikat Pekerja

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan direksi hanya menghentikan pemotongan gaji atau iuran karyawan terhadap Sekarga.


Terpopuler: Cerita Karyawan Indofarma yang Belum Digaji Penuh sejak Awal Tahun, Jawaban Presiden Jokowi soal Budi Arie Didesak Mundur

23 hari lalu

Karyawan Indofarma Group melakukan aksi penuntutan upah Juni 2024 yang tak kunjung diterima, serta beberapa permasalahan perusahaan lainnya, di Indofarma Marketing Office, Manggarai pada Selasa, 2 Juli 2024. TEMPO/Bagus Pribadi
Terpopuler: Cerita Karyawan Indofarma yang Belum Digaji Penuh sejak Awal Tahun, Jawaban Presiden Jokowi soal Budi Arie Didesak Mundur

Karyawan Indofarma Group terus menuntut pihak direksi agar membayarkan gaji bulan Juni 2024 yang hingga saat ini tak kunjung dibayarkan.


Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

28 hari lalu

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

APSyFI mencatat saat ini 21 industri tekstil di Indonesia gulung tikar. Sementara 31 pabrik terancam tutup. Ada 150 ribu karyawan kena PHK.


6 Fakta Perseteruan Serikat Karyawan dengan Manajemen Garuda Indonesia

36 hari lalu

Pekerja cargo menurunkan Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac dari pesawat Garuda Indonesia setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa 2 Maret 2021. Sebanyak 10 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac dalam bentuk curah kembali tiba di Indonesia, yang selanjutnya akan dibawa ke Bio Farma untuk diproduksi. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
6 Fakta Perseteruan Serikat Karyawan dengan Manajemen Garuda Indonesia

Manajemen Garuda Indonesia sedang berseteru dengan karyawannya. Disinyalir situasi kerja tidak harmonis.


Rapat dengan DPR, Sekarga Jabarkan Pelanggaran Garuda Indonesia terhadap Karyawan

37 hari lalu

Karyawan Garuda Indonesia yang tergabung dalam Sekarga, APG dan IKAGI saat memberikan keterangan Pers terkait pensiun dini, Jumat 28 Mei 2021. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Rapat dengan DPR, Sekarga Jabarkan Pelanggaran Garuda Indonesia terhadap Karyawan

Sekarga menyatakan PT Garuda Indonesia secara sepihak melakukan pemotongan penghasilan karyawan.