Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyegar Udara dan Lilin beraroma Picu Alergi  

image-gnews
Warga Tionghoa sedang menyalakan lilin persembahan sebelum berdoa malam Imlek di Klenteng Tien Kok Sie Pasar Gede Solo, Rabu (2/2) malam. TEMPO/Andry Prasetyo
Warga Tionghoa sedang menyalakan lilin persembahan sebelum berdoa malam Imlek di Klenteng Tien Kok Sie Pasar Gede Solo, Rabu (2/2) malam. TEMPO/Andry Prasetyo
Iklan

TEMPO Interaktif - Labu rempah-rempah beraroma dan penyegar udara beraroma pinus bagi sebagian orang bisa membangkitkan rasa nyaman seperti sedang berlibur. Sedangkan bagi sebagian yang lain, aroma tersebut justru menjadi pemicu terjadinya alergi--hidung meler, gatal dan bersin-bersin--hingga serangan asma.

Pakar alergi mengatakan bahwa seiring meningkatnya popularitas produk-produk beraroma, komplain mengenai dampak produk tersebut juga meningkat di kalangan masyarakat.

“Kami melihat semakin banyak pasien dengan masalah tersebut,” kata Dr. Stanley Fineman, Presiden terpilih the American College Allergy, Asthma, and Immunology (ACAAI).

“Saya sering bertemu pasien yang berkata, 'Saya pergi ke rumah seseorang yang mempunyai penyegar udara dan tidak bisa bertahan di sana. Saya mengalami gangguan hidung, bersin dan batuk’. Tidak ada tes alergi kulit untuk penyegar udara, tetapi orang bisa saja mengalami respon psikologis terhadap indikasi tersebut.”

Fineman yang juga pakar alergi dari Atlanta Allergy & Asthman Clinic di Georgia, mempresentasikan risiko dari penyegar udara dan liliin beraroma dalam pertemuan ACAAI di Boston pada Minggu, 6 November 2011. Ia mengungkapkan hasil penelitiannya yang dilakukan pada 2009 dan dipublikasikan di Journal of Environmental Health yang menemukan jumlah signifikan orang Amerika yang terpengaruh oleh polusi udara dari produk-produk tersebut setiap hari.

Sekitar 11 persen dari 2 ribu orang dewasa yang disurvei dilaporkan hipersensitif terhadap produk-produk umum binatu. Sekitar 31 persen dilaporkan mengalami "reaksi balik" terhadap produk-produk beraroma yang dikenakan orang lain dan sekitar 19 persen dikatakan mengalami gangguan pernapasan, sakit kepala, dan masalah kesehatan lainnya ketika terekspos penyegar udara. Angka ini lebih tinggi pada mereka yang menderita penyakit asma.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Lilin beraroma dan penyegar udara mengandung senyawa organik yang mudah menguap, yang merupakan bahan kimia yang membentuk gas atau uap pada suhu kamar,” ujar Fineman.

Senyawa organik yang terkandung dalam penyegar udara itu biasanya mengandung formaldehida, minyak sulingan, limonene, alkohol dan ester. Tingginya konsentrasi senyawa organik tersebut bisa menyebabkan gangguan pada mata dan pernapasan yang mengakibatkan iritasi, sakit kepala, pusing, bahkan gangguan ingatan.

Dr. J. Allen Meadows, pakar alergi dari Montgomery Alabama, mengatakan beberapa pasiennya mengaku harus "berperang" dengan minyak beraroma yang disemprotkan atau deodoran yang dipasang di tempat kerja. Seorang rekan kerja akan menyalakan atau memasangnya dan yang berada terdekat dengannya akan mulai bersin dan batuk. Sementara karyawan yang suka aroma tersebut berpikir bahwa mereka yang komplain itu adalah "menyebalkan."



HEALTH DAY I ARBA’IYAH SATRIANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Inilah 5 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hewan Ternak

22 Maret 2022

Foto udara sejumlah bangkai hewan ternak yang mati akibat kedinginan di dekat North Hoor, Marsabit, Kenya, 21 Januari 2022. REUTERS/Baz Ratner
Inilah 5 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hewan Ternak

Perubahan iklim dapat mempengaruhi hewan ternak baik secara langsung ataupun tidak langsung.


Polusi Udara Jakarta, Greenpeace Indonesia: Tak Sehat Sebulan

22 Agustus 2018

Aktivis Greenpeace Indonesia menggelar aksi teatrikal yang menyuarakan tentang bahaya polusi udara di Kementerian Kesehatan, Jakarta, 28 September 2017. Level udara tersebut jauh melebihi standar WHO dan juga baku mutu udara ambien nasional. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Polusi Udara Jakarta, Greenpeace Indonesia: Tak Sehat Sebulan

Greenpeace Indonesia menyebut polusi udara Jakarta tergolong kategori tak sehat selama satu bulan terakhir, menjelang Asian Games 2018.


Ayo Jaga Kelestarian Bumi Kita Dengan Cara ini

5 Oktober 2016

Ilustrasi anak-anak terkena polusi udara. theguardian.com
Ayo Jaga Kelestarian Bumi Kita Dengan Cara ini

Perubahan iklim membuat bumi kita semakin panas. Inilah cara-
cara menjaga kelestarian bumi kita.


Kabut Asap, Ini Dampaknya pada Kesehatan Mata dan Paru-paru  

6 Oktober 2015

Pengendara sepeda motor dan mobil melintasi jalan yang diselimuti kabut asap di daerah Batu Hampa, Kabupaten Limo Puluah Kota, Sumatera Barat, (1/3). Masyarakat dihimbau untuk mengenakan masker bila keluar rumah, untuk mencegah terkena penyakit ISPA. ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Kabut Asap, Ini Dampaknya pada Kesehatan Mata dan Paru-paru  

Terpapar asap yang terus menerus dalam jangka panjang dampaknya bisa berbahaya untuk kesehatan pernapasan.


Polusi Udara, 7 Juta Orang Tewas Setiap Tahun  

25 Maret 2014

Tianying merupakan kota industri di Cina, yang menempati urutan kedua kota terpolusi di dunia.  Limbah timbel dan logam berat lainnya membuat udara di Tianying sangat tersecmar itu. geo.fr
Polusi Udara, 7 Juta Orang Tewas Setiap Tahun  

Hampir 90 persen terjadi di negara sedang berkembang.


Polusi Udara, Penderita Kanker Paru Cina Bertambah

13 November 2013

Seorang pria Cina menutupi hidung dan mulutnya ketika melintasi jalan raya pada hari dengan tingkat polusi tinggi di Harbin, Senin (21/10). Jarak pandang berkurang drastis hingga kurang dari setengah lapangan sepak bola. AP
Polusi Udara, Penderita Kanker Paru Cina Bertambah

Sementara jumlah perokok menurun, polusi udara justru meningkat hingga 30 persen.


Perubahan Iklim Bikin Stres dan Kanker Kulit

24 Februari 2012

Sheknows.com
Perubahan Iklim Bikin Stres dan Kanker Kulit

Adapun dampak tidak langsungnya, kata Wilfried, adalah menurunnya ketersediaan air akibat kekeringan dan meningkatnya kasus diare.


DKI Jakarta Programkan Udara Bersih  

25 Juli 2011

Bike to work dari Monumen Nasional sebagai tranportasi alternatif dalam kegiatan sehari-hari dalam mengurangi kemacetan dan tingkat polusi kota Jakarta yang tinggi.(TEMPO/Adri Irianto AI20080829)
DKI Jakarta Programkan Udara Bersih  

Saat ini, agenda yang sedang dilaksanakan yaitu kegiatan review pemantauan kualitas udara dan membangun partisipasi stakeholder dalam peningkatan kualitas udara.


Tips Menghindari Abu Vulkanik  

27 Oktober 2010

Polisi memakai masker di Kinahrejo. AP Photo/Trisnadi
Tips Menghindari Abu Vulkanik  

Mereka yang mengidap asma dan penyakit pernafasan kronis lainnya seperti emphysema atau bronkitis lebih rentan terkena iritasi.


Kayu Bakar Bisa Merusak Paru-paru

2 Maret 2010

Tempo/Tony Hartawan
Kayu Bakar Bisa Merusak Paru-paru




Orang yang memakai bahan bakar biomassa--dari limbah tanaman atau kayu--untuk memasak atau pemanas ruangan memiliki risiko tinggi terkena emfisema--penyakit paru kronis--.