TEMPO.CO, Bandung - Adhi Susilo gundah. Pada 2001, putra lelakinya mengalami gangguan syaraf hampir di sebagian tubuhnya (tourette syndrome). Sudah beberapa ahli telah ia datangi untuk menyembuhkan putra kesayangannya tersebut. Namun hasilnya tetap tak memuaskan. Beberapa dokter menyebutkan penyakit si anak belum ada obatnya. Penyakit syaraf tersebut membuat si anak mengeluarkan gerakan atau suara spontan yang tak bisa dikontrolnya.
Lama-kelamaan, penyakit tersebut membuat si anak stres dan memilih untuk tidak masuk sekolah karena kerap diejek temannya. Setelah hampir putus asa menghadapi penyakit sang anak, belakangan, Adhi mencoba belajar teknik penyembuhan menggunakan hypnoparenting.
"Hasilnya, saya bisa menyembuhkan stres si anak dalam waktu tiga pekan," ujarnya saat ditemui di klinik miliknya di Jalan Wira Angun-Angun, Bandung, akhir pekan lalu. Penyakit itu tidak pernah kumat lagi dan si anak kini jadi pilot di maskapai nasional.
Siapa sangka, kejadian tersebut telah membelokkan nasib pria lulusan teknik elektro di Institut Teknologi Bandung ini menjadi seorang terapis yang ahli di bidang hypnoparenting. Berbekal ilmu hypnoparenting yang telah ia kuasai setelah mengikuti pelatihan bidang itu di dalam dan luar negeri, ia bisa menyembuhkan ribuan anak-anak dengan berbagai keluhan.
Hypnoparenting sendiri adalah sebuah pola pengasuhan yang menggunakan metode hipnosis. Ia menuturkan hypnoparenting bertujuan menyugesti anak sesuai dengan masalah yang diderita. Metode terapi ini bertujuan menanamkan sugesti positif untuk mengubah perilaku si anak. "Ada yang asalnya nakal bisa menjadi baik, ada yang manja jadi percaya diri. Tergantung apa yang diinginkan oleh orang tuanya," kata Adhi.
Keberhasilan metode ini bergantung pada penerapan berkelanjutan yang dilakukan orang tua di rumah. Pada terapi hypnoparenting, orang tualah yang pertama dijadikan obyek wawancara. "Orang tua harus terbuka tentang semua hal dari kondisi latar belakang si anak hingga lingkungan sosialnya," tutur Adhi. "Karena sangat mungkin memori negatif si anak waktu dari kecil terbawa hingga ia beranjak dewasa."
Dari situ, seorang terapis bisa mendiagnosis masalah pada anak. Kemudian, baru anak yang diwawancara, lalu disimpulkan. Hasil diagnosis tersebut diberikan kepada orang tua, yang selanjutnya diberi petunjuk untuk menjalankan metode hipnosis di rumah. Caranya tidak lepas dari berkomunikasi, mendidik, membimbing, mengubah kebiasaan, dan menyugesti si anak berdasarkan permasalahan anak.
Menurut Adhi, banyak orang tua yang keliru dalam berkomunikasi dengan anaknya. Pada usia dini, anak kebanyakan menggunakan otak kanan yang dominan menggunakan perasaan. "Berbeda dengan orang dewasa yang cenderung logis," katanya.
Pada intinya, orang tua harus menanamkan sugesti postif pada anaknya. "Yang juga harus diperhatikan adalah memahami perkembangan si anak dan, jika perlu, melibatkan orang yang dekat dengan anaknya, misalnya guru atau kakak dan adiknya," ujar Adhi.
IQBAL T. LAZUARDI S.
Berita Terpopuler
Dominique Diyose Menikahi Model Marshall Sastra
17 Agustus, Cinta Laura Juga Rayakan Ulang Tahun
Cinta Laura dan Verrell Bramasta Mesra di Sosmed
Agnez Mo Siapkan Single Baru