TEMPO.CO, Jakarta - Dimas Prasetya Muharam buta sejak 14 tahun lalu. Kornea matanya rusak akibat serangan toksoplasma. Namun kegelapan tidak menghalangi aktivitasnya. Misalnya, saat Tempo menghubunginya lewat pesan pendek untuk wawancara akhir pekan lalu. Dia langsung membalas lewat telepon genggam yang dilengkapi Screen Reader, aplikasi pengubah teks pada layar menjadi bahasa lisan.
Saat ditemui di gedung Indosat, Jakarta Pusat, dia baru saja selesai menghadiri peluncuran buku Yang (Tak) Terlupakan dan Merpati Berjari Enam. Dimas memprakarsai buku yang ditulis secara keroyokan oleh para penyandang tunanetra anggota komunitas Kartunet tersebut. “Dengan keterbatasan yang ada, kami harus saling mendukung,” ujarnya, seperti ditulis Koran Tempo, Kamis, 11 September 2014.
Sejak remaja, Dimas sudah menyabet sederet prestasi. Misalnya, menjuarai pelbagai lomba penulisan dan penghargaan khusus yang diadakan sejumlah lembaga. Dia juga mendapat beasiswa dari Flinders University, Adelaide, Australia, untuk kelas singkat tentang pengetahuan gender dan disabilitas pada 2013.
Adapun situs Kartunet.co.id—akronim dari karya tunanetra—Dimas bentuk bersama tiga kawannya sesama penyandang tunanetra, yakni Irawan Mulyanto, Aris Yohanes, dan M. Ikhwan Tariqo, pada 2006. Saat itu mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Modalnya adalah bahan-bahan tutorial pembuatan program situs yang ada di Internet dan Screen Reader.
Lewat Kartunet, sarjana sastra Inggris Universitas Indonesia ini mencurahkan hobinya menulis cerita pendek dan esai, sekaligus menularkan kesenangannya itu kepada sesama kaum tunanetra dan penyandang disabilitas. “Kami ingin kasih statement ke masyarakat, ini lho karya teman-teman tunanetra. Karena selama ini tunanetra identik dengan tukang pijat,” kata pemuda bertubuh tegap itu.
Mereka memutuskan menjadikan Kartunet sebagai komunitas, dengan segepok rencana kegiatan. Tujuannya, agar karya-karya kaum tunanetra dan penyandang disabilitas semakin terorganisasi serta menggerakkan mereka yang belum produktif.
Hal pertama yang dilakukan Dimas adalah mengajak rekan-rekannya memasukkan tulisan mereka di Kartunet.co.id. Menurut dia, dunia digital adalah sektor yang sangat mungkin mereka garap. "Sebab, kami bisa leluasa bekerja di rumah tanpa harus repot naik-turun kendaraan umum," ujarnya.
ISMA SAVITRI
Terpopuler:
Kelom Geulis Tasik Ekspor Hingga Jepang dan Korea
Mampir ke Restoran Negeri Ajaib, Alice
Waspada Virus Senyap Cacar Ular