Busana yang dipadukan dengan kain beledu dan songket khas Sumatera itu akhirnya memang memberi aksen klasik. “Bak pengantin raja dan ratu dari Kerajaan Sriwijaya,” kata perempuan 22 tahun ini dengan bangga. Bagian belakang rok yang panjangnya menyapu lantai itu dihias dengan bunga-bunga jingga yang besar. “Siluet L pada belakang rok itu menambah kesan lebih modern,” kata Asniati.
Gaun-gaun yang terinspirasi dari pakaian adat Jawa dan Kalimantan juga umum menggunakan rok dengan siluet L. Khusus untuk daerah Jawa, busana itu pada umumnya menggunakan kain batik sebagai bawahan, kecuali pada karya Masita. Mahasiswi yang satu ini terinspirasi busana ratu Yogyakarta tempo dulu dengan bagian atasnya menggunakan batik bermotif parang dan burung Cenderawasih dengan bahu terbuka. Roknya menggunakan kain tille kuning keemasan.
Titis Trisnawati berbeda lagi. Dia merancang busana dari daerah Solo, Jawa Tengah, menggunakan kain beledu hitam yang dipadukan dengan batik sido wirasat dan sutera khas Sulawesi. “Menjadi perpaduan budaya dalam kesatuan yang elegan,” ucapnya tentang karya busananya itu.
Adapun Yuni Ayuni memilih judul Simple nan Elegan untuk karyanya yang diakui terinspirasi dari Pulau Kalimantan. Sesuai dengan judulnya, busana ini tampak sederhana dengan warna putih-hitam.