TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 21 April, menjadi peringatan hari kelahiran Raden Ajeng Kartini. Hari ini diperingati semua warga Indonesia untuk mengenang kisah dan perjuangan seorang Kartini.
Satu hal yang luput dari peringatan Kartini ialah mengenang bagaimana kematiannya. Seorang yang begitu hebat tapi meninggal dengan sangat ironis. Kartini meninggal karena komplikasi saat melahirkan.
Ketua Komisi Nasional Perempuan Yuniyanti Chuzaifah mengatakan, seharusnya yang menjadi perhatian saat ini ialah tingkat kematian karena komplikasi melahirkan masih sangat tinggi.
"Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini yang harus menjadi catatan pemerintah," kata Yuniyanti kepada Tempo, Selasa, 21 April 2015. Anggapan yang salah jika menganggap masalah ini hanya soal perempuan, lanjut Yuni. "Ini tanggung jawab bersama dan harus menjadi perhatian semua orang".
Perempuan hamil dan melahirkan itu harus didukung dengan suami siaga. "Secara langsung, suami memiliki tanggung jawab atas istri yang melahirkan. Misalnya, saat perempuan mengalami masalah dalam melahirkan dan membutuhkan operasi, pihak medis tidak akan mungkin melakukan operasi tanpa persetujuan suami," ucap Yuni.
Baca Juga:
Yuni menjelaskan, banyak ibu yang meninggal karena pembiaraan yang dilakukan suami. "Entah itu, suaminya telat memberi persetujuan operasi atau dia tidak memiliki biaya cukup untuk persalinan dan operasi," Yuni menjelaskan. "Hilangnya nyawa istri melahirkan itu sebenarnya suatu pelanggaran HAM yang besar."
RINA ATMASARI