TEMPO.CO , Makassar:Rianti Lailatul Q, 17 tahun, tampil percaya diri. Mengangkat bidak caturnya, lalu mencatat langkahnya pada sebuah notasi catur. Dengan ketenangan yang selalu terjaga, siswa SMA 2 Tinggimoncong ini berkonsentrasi memikirkan langkah selanjutnya untuk menghalangi bidak catur lawannya, seorang mahasiswi.
”Watak seseorang bisa dibaca melalui permainan caturnya,” ujar Subur Selomo, 55 tahun, wasit pada Kejuaraan Catur Rektor Universitas Hasanuddin Cup VII.
Rianti adalah satu dari puluhan peserta yang sedang beradu strategi pada Sabtu 10 Oktober 2015. Kejuaran yang berlangsung 9-11 Oktober di gedung Science Building Universitas Hasanuddin, itu peserta tak hanya dari Sulawesi Selatan, tapi juga Sulawesi Barat, Yogyakarta, Kalimantan, dan daerah lainnya.
Menurut Subur, yang kini bergelar Master Fide, karakter seseorang apakah agresif atau pasif sudah bisa terbaca pada langkah pertamanya di papan catur. Secara umum, menurut dia, pemain yang masih remaja cenderung terbuka dan menyerang, seperti sifat usia belia yang penuh dengan gairah. Karakter pemain catur remaja berbeda dengan pemain dewasa atau orang tua yang sangat mengandalkan strategi dan selalu mempertimbangkan dengan matang sebelum melangkah.
Dalam permainan catur, kata Subur, setiap pemain bisa belajar membaca keinginan lawan atau seseorang, seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari. ”Sejak bermain catur, saya lebih mudah mencerna dan memahami perkataan dan kemauan orang lain,” ungkap pria lulusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin ini.
Atlet catur asal Parepare, Andi Muhsin, 31 tahun, mengungkapkan bahwa permainan catur selalu mengingatkannya agar tidak menganggap enteng terhadap sesuatu hal. Ia mencontohkan poin bidak catur yang dianggap nilai terendah, sehingga dianggap tidak berarti pula.
”Tapi di papan catur, kita bisa membuatnya punya nilai. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang mengganggap enteng seseorang yang bisa jadi jauh lebih hebat,” ujar pria lulusan Universitas Brawijaya Malang ini.
Dalam kejuaraan kali ini, Andis, akrab disapa Muhsin, tak ikut adu strategi di atas papan catur. Pelatih Persatuan Catur Indonesia (Percasi) Parepare ini mendampingi anak asuhnya, ada tujuh anak binaannya yang ikut kejuaraan. Menurut Andis, catur adalah permainan yang sarat dengan nilai filosofi yang sangat membantu perkembangan anak dan remaja.
Ia menuturkan, bermain catur mengajarkan pada anak-anak untuk memperhitungkan setiap langkah atau keputusan yang diambil. ”Pikiran itu tidak boleh hanya untuk satu langkah, tapi harus berpikir jauh ke depan,” ujar pegawai di Pengadilan Agama Parepare ini
MUCHLIS ABDUH