TEMPO.CO, Makassar - Rianti Lailatul Q. tenang dan percaya diri. Remaja 17 tahun itu cepat saja mengangkat bidak caturnya lalu mencatatkan langkahnya itu pada sebuah notasi catur. Konsentrasinya tertuju pada papan catur di hadapannya. Sementara itu, di seberangnya adalah seorang mahasiswi.
“Watak seseorang bisa dibaca melalui permainan caturnya,” kata Subur Selomo, 55 tahun. Subur adalah wasit kejuaraan catur Rektor Universitas Hasanuddin Cup VII, yang berlangsung di Science Building, Unhas, 9-11 Oktober lalu.
Adapun Rianti adalah satu dari puluhan peserta yang sedang beradu strategi pada Sabtu pagi lalu. Peserta tak terbatas dari Sulawesi Selatan, tapi juga datang dari Sulawesi Barat serta pulau seberang, seperti Jawa dan Kalimantan.
Subur, yang kini bergelar Master FIDE, mengatakan karakter seseorang, apakah agresif atau pasif, umumnya bisa terbaca langsung pada langkah pertamanya di papan catur. Secara umum, pemain yang masih remaja, dia menuturkan, cenderung terbuka dan menyerang. “Seperti usia mereka yang penuh dengan gairah,” katanya.
Subur menilai karakter pemain catur remaja berbeda dengan pemain dewasa atau orang tua yang sangat mengandalkan strategi. Kelompok yang kedua ini disebutnya selalu berhitung dengan matang sebelum melangkah.
Dalam permainan catur, kata Subur, setiap pemain bisa belajar membaca keinginan lawan atau seseorang seperti dalam kehidupan sehari-hari. “Sejak bermain catur, saya juga lebih mudah mencerna dan memahami perkataan dan kemauan orang lain,” tutur lulusan teknik elektro Unhas ini memberi kesaksian.